Olahraga

Wajah Baru Gelora dan Harapan Kebangkitan Laskar Kie Raha

Tribun utama Stadion Gelora Kieraha. | Foto: Layank/Hapost.

Ternate, Hpost - Stadion Gelora Kie Raha yang berdiri sejak 1958, merupakan Markas Besar (Mabes) bagi Persiter atau singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Ternate. Stadion multifungsi yang berada di jantung kota Ternate itu berkapasitas duduk 15.000 orang.

Dari stadion inilah, banyak bermunculan nama-nama besar yang menghiasi layar kaca televisi, ketika menyaksikan laga sepakbola kompetitif tertinggi di Indonesia. Sebut saja Rahmat Rivai, Fandi Mochtar, Iswan Karim hingga Ahmad Sembiring.

Sampai sekarang ini pun, masih banyak pemuda asli Maluku Utara (Malut), yang tak kalah tenar dari para seniornya. Mereka adalah Zulham dan Zulvin Zamrun, Abdul Gamal, Rizki Pora, Ilham Udin Armayn dan tidak ketinggalan Mahdi Albaar.

Di balik nama-nama tenar di atas, ada "kesuraman" dari sepakbola di Malut. Ya, itu adalah Stadion Gelora Kie Raha. Stadion yang pernah berjaya di masanya, kini terbengkalai. Bagaimana tidak, perbaikan tribun utama yang dilakukan beberapa tahun, hanya dikerjakan 50 persen. Pagar pembatas dengan lapangan pun banyak yang rusak.

Jika dilihat jauh lebih dalam, Gelora Kie Raha bak "hutan" karena banyak ditumbuhi rumbut liar. Cat kuning-hijau di tembok dan di tempat duduk penonton, yang menjadi simbol Persiter sudah memudar.

Sepak bola Malut yang kini mati suri, membuat Stadion Gelora Kie Raha bisa digunakan secara bebas oleh masyarakat luas. Setiap harinya, bisa dijumpai warga masyarakat yang menggunakan sebagian fasilitas. Baik di luar, maupun bagian dalam stadion.

Tempat duduk penonton yang sudah banyak ditumbuhi rumput liar. | Foto: Nawir/Hapost.

Terkendala anggaran

Halmaherapost.com mewawancarai Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Ternate, Sutopo Abdullah. Ia mengatakan, salah satu penyebab kurang perawatan Stadion Gelora Kie Raha adalah vakumnya Persiter di kanca sepakbola tanah air.

Kalau saja masih eksis, maka stadion akan terurus dan terpelihara, mengingat tingginya animo masyarakat atas sepakbola begitu tinggi kala Persiter berlaga.

"Saya baru dilantik sebagai Kadispora 2019 lalu. Kalau ditanya kepentingan, saya mempunyai misi untuk menjadikan stadion itu sebagai pusat olahraga di Malut. Memang kurang memadai, namun masih banyak warga yang menggunakan fasilitas untuk berolahraga,” ujar Sutopo.

Menurut Eks Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate itu, rumput lapangan masih bisa dijaga. Namun, yang menjadi kendala utama ialah tribun tempat duduk dan lintasan atletik (tartan). Yang mana harapan untuk menyediakantartan dipercayakan pada Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, Maluku Utara (PASI-Malut).

Kemudian soal tribun tempat duduk, pihaknya memang kerepotan dalam memperbaiki pengerjaan, yang hanya 50 persen itu.

"Sayang pengerjaannya tidak berkelanjutan. Saya berharap, rencana pengesulan perbaikan tribun tempat duduk di tahun depan bisa terwujud. Namun saya kurang berharap besar, mengingat anggaran yang sebelumnya telah kami kalkulasikan, kurang lebih Rp 35 miliar untuk penyelesaiannya. Dan ingat, besaran itu baru tribun tempat duduk utama, belum termasuk perbaikan tribun tempat duduk yang lain,” jelasnya.

Tidak sampai di situ, Dispora Kota Ternate juga harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Ya, biaya pemeliharaan stadion kurang lebih Rp 115 juta, yang wajib dikeluarkan setiap tahunnya. Jumlah tersebut termasuk biaya listrik, air bersih, gaji petugas dan lain sebagainya.

"Lihat saja, luas lapangan 105x78 meter/segi, yang mana sekali siram (permeter) menyerap 6 liter air. Maka dari itu saya berharap, semua pihak bisa bekerjasama, untuk memelihara stadion kebanggaan kita ini. Kalaupun kedepannya Persiter bisa mengikuti kompetisi lagi, maka tidak susah-susah menyiapkan stadion pertandingan,” ungkapnya.

Beberapa bagian atap tribun utama yang mulai keropos. | Foto: Nawir/Hapost.

Butuh wajah baru Gelora

Terpisah, Ketua Askot PSSI Kota Ternate, Muhdin Taha meminta kepada Dispora dan Pemkot Ternate, untuk sedikit mengeluarkan anggaran, terhadap biaya pemeliharaan stadion secara berkala. Menurut dia, untuk membangun kembali stadion, maka harus memperbaiki fasilitas penunjang seperti tribun tempat duduk dan lain sebagainya.

"Akan omong kosong kalau berbicara lebih jauh, seperti perbaikan dan pemeliharan lapangan dan rumput. Perbaiki saja dulu sarana dan pra sarana penunjang," tegasnya.

Eks player Persiter itu justru menyarankan, untuk membuat sebuah stadion khusus sepakbola yang representatif. Dan mengubah Stadion Gelora Kie Raha sebagai icon olahraga sepakbola Malut. Itu disebutnya karena ia menganggap Stadion Gelora Kie Raha merupakan jati diri sepakbola Malut, khususnya Kota Ternate.

Untuk membuat sebuah stadion sepakbola baru, sambung Alan, sapaan akrabnya, memerlukan lahan kurang lebih minimal 4 hektar, dengan estimasi anggaran kurang lebih Rp 20 miliar. Yang mana di dalamnya, dibuat stadion dan pusat perbelanjaan souvenir.

"Untuk desain lapangan, strandar saja. Namun kapasitas tempat duduk yang diperbanyak. Estimasi pembangunan kurang lebih dua sampai tiga tahun. Dan bisa dikerjakan oleh pihak ketiga. Bagaimana pun, animo masyarakat akan sepakbola sangat tinggi. Bisa dilihat dari Persiter menjalani liga dulu. Sampai-sampai, sebagian besar penyumbang APBD Kota Ternate dari Sepakbola,” paparnya.

Menurut Rizki Pora, sangatlah merugi bila Stadion Gelora Kie Raha tidak dirawat. Stadion yang berada di jantung Kota Ternate itu, banyak melahirkan pemain sepakbola besar yang sekarang itu merumput di klub-klub besar tanah air.

"Stadion saja kurang diperhatikan, apa lagi pemain. Sayang kalau Gelora tidak diperbagus dan dijaga. Kenapa? Karena Gelora merupakan gambaran sepakbola Malut. Orang-orang (pemain sepakbola) yang menyebut pemain kita, pasti terikat dengan Stadion Gelora Kie Raha,” ungkapnya.

Pemkot Ternate, sambung pria kelahiran Sanana 31 tahun silam itu, harus ikut andil. Karena, yang namanya sepakbola harus dibarengi dengan lapangan yang representif. Gelora yang menjadi ciri khas harus diperhatikan. Gelora adalah warisan yang harus dijaga.

"Mungkin sekarang kurang dilihat, namun saya yakin, suatu waktu akan ada perhatian khusus untuk mengembalikan kejayaan Stadion Gelora Kie Raha seperti dulu lagi,” harap Rizki.

Penulis: Munawir Toeda
Editor: Rajif

Baca Juga