Budaya
Mengenal Laka Baka, Tarian Khas Sula yang akan Tampil di Festival Tanjung Waka
Sanana, Hpost - Tarian Laka Baka yang merupakan tarian asal Kepulauan Sula, Maluku Utara, bakal menghiasi Festival Tanjung Waka yang akan dihelat pada bulan Desember 2021 mendatang.
Laka Baka merupakan tarian yang sudah masuk dalam nominasi warisan budaya tak benda (WBTB) Provinsi Maluku Utara.
Baca Juga:
Vaksinasi Ala Polres Ternate: Ajak Langsung Warga di Jalan Raya
Aksi Lingkungan, TNI dan Warga Bersihkan Wisata Pantai Luari di Tobelo
Ketua Sanggar Leha Matua, Arsad Duwila, mengatakan saat ini para penari tengah mempersiapkan diri untuk tampil di Festival Tanjung Waka.
"Anak-anak didik saya di Sanggar Leha Matua sedang fokus latihan secara rutin. Terus persiapan kostum juga perlu dimodif sehingga aura indentitas daerahnya dapat," ucap Arsad, Minggu 5 September 2021.
Dia bilang, para peraga tarian tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok dengan usia yang berbeda.
"Untuk anak didik saya yang akan tampil untuk meramaikan Festival Tanjung Waka ini terbagi atas beberapa kelompok, yakni dari usia 13 tahun, 14 tahun, 17 tahun, dan 19 tahun," ujarnya.
Kurator Bidang Seni Pertunjukan Kementerian Pariwisata RI, Eko Supriyanto, turut memberikan apresiasi dan ikut terharu menyaksikan tarian tersebut.
"Saya terharu dan bangga saat melihat adik-adik Sanggar Leha Matua yang memamerkan tarian daerah Laka Baka. Mereka menjiwai sekali dan saya yang nonton merasakan sampai ke hati," ucap Eko.
Dia pun berharap Pemerintah Daerah di Sula menjaga dan melestarikan tarian Laka Baka agar generasi berikutnya bisa tahu tarian Laka baka adalah aset dan identitas orang Sula.
Apa Itu Tarian Laka Baka?
Tarian Laka Baka merupakan sebuah penghormatan yang diberikan kepada Sultan Ternate saat berkunjung ke Sula, tepatnya di Kota Tua Malbufa.
Sejak itulah tarian penjemputan ini menjadi bagian dari tradisi masyarakat Sula. Laka yang berarti berjalan atau pergi sedangkan Baka yang memiliki arti mengantar.
Arsad Duwila memaparkan bahwa tarian ini dibuat untuk mengiringi penjemputan sang Sultan, terutama pada masa Sultan Khairun dan Baabullah.
Hingga saat ini, Laka Baka masih terus dilestarikan dan menjadi salah satu aset budaya Kabupaten Kepulauan Sula.
"Tarian Laka Baka memiliki nuansa tata penghormatan terhadap seseorang yang memiliki kedudukan tertentu, ini dapat dilihat dari tata gerak konstan langkah kaki yang mengisyaratkan gerak maju atau berjalan mengantar," jelasnya.
Ia mengaku, untuk melestarikan tarian ini membutuhkan perjuangan dan keterlibatan semua pihak.
"Lelah itu pasti, tetapi hasilnya sangat memuaskan. Maka dari itu saya sebagai pengajar tarian Laka Baka sangat siap untuk menampilkan tarian anak-anak saya pada hajatan-hajatan Pemda, acara nikahan, dan acara-acara resmi lainya," tandasnya
Komentar