Kampus
Sang Intan dan Predikat Terbaiknya di STAI Babussalam Sula
Sanana, Hpost - Kamis 12 Agustus 2021, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Babussalam Kepulauan Sula, Maluku Utara, usai sudah melaksanakan wisuda sarjana (S1). Sebanyak 101 mahasiswa yang mengikuti wisuda tersebut.
Di antara ratusan wisudawan itu, nama Intan Sapsuha dibacakan sebagai mahasiswa lulusan terbaik (cum laude). Perempuan yatim piatu itu kini sedang merayakan hari istimewanya. Meski menjalani masa kuliah sebagai yatim piatu, ia berhasil menorehkan predikat terbaiknya.
Intan berada di sana, mengikuti dengan khidmat proses wisuda di tengah wajah-wajah yang datang bersama orangtua mereka. Perempuan kelahiran Wailab, 6 November 1998 ini berhasil meraih predikat terbaik dengan IPK 3,51.
Ia merupakan lulusan dari Jurusan Tarbiyah, Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
"Sejak berada di bangku pendidikan Sekolah Dasar (SD), kedua orang tua saya sudah lebih dahulu menghadap sang ilahi, dan saya tidak punya siapa-siapa lagi, kecuali adik perempuan saya yang masih kecil," ucap Intan, saat ditemui kru cermat.
Sepeninggal kedua orang tua, ia bersama adik perempuannya akhirnya tinggal bersama sang paman. Ia sangat bersyukur bisa bersama seorang paman yang sudah merawat dan menyekolahkan mereka hingga ke pendidikan tinggi.
Meski tinggal bersama paman, Intan masih tetap mencari kerja, dan bila mendapatkan uang, ia berusaha untuk sisipkan sedikit ke tabungannya.
Pada tahun 2016, ia berkesempatan menikmati pendidikan di STAI. Hal ini karena berkat dorongan dan motivasi dari pihak keluarga.
"Saat itu saya sedang memikirkan universitas sebagai tempat kuliah, namun di tengah-tengah faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu, dan juga tidak ingin menyusahkan keluarga, akhirnya saya memilih kuliah di daerah saya sendiri," tuturnya.
Dengan bekal sisa tabungan dan dukungan sang paman, akhirnya ia mampu melunasi impiannya untuk menikmati pendidikan tinggi hingga wisuda dengan predikat terbaik.
"Saya ingin merayakan kebahagiaan ini bersama mereka (orang tua), semoga mereka senang melihat kesuksesan saya ini. Kalau seandainya orang tua saya masih ada, tentu mereka akan sangat bangga terhadap kesuksesan saya," ungkapnya.
Ia lantas tak henti-henti mengucapkan rasa terima kasih kepada sang paman dan orang-orang terdekat, yang menjadi bagian paling penting dalam perjalanan hidupnya hingga bisa meraih gelar sarjana.
"Saya sangat berterima kasih kepada paman saya, keluarga, ibu bapak dosen, teman-teman, serta semua sahabat yang sudah memberikan motivasi serta dorongan kepada saya sehingga bisa memakai toga ini," katanya.
Mandiri dan Tak Mudah Menyerah
Sementara itu, paman Intan, Ikram Daeng, mengaku Intan adalah sosok yang mandiri, sabar, dan tak mudah menyerah.
"Saya sudah menganggap Intan seperti anak kandung sendiri. Apapun yang dia (Intan) inginkan dia selalu berusaha mencapainya sendiri tanpa harus berkeluh-kesah dan merepotkan orang lain," ujar Ikram.
Dosen Intan, Andi Umaternate, pun ikut berbicara soal kepribadian sosok perempuan ini. Baginya, Intan merupakan pribadi yang terbuka dengan siapa saja.
"Pantauan saya semenjak awal Intan kuliah smpai di wisuda, Intan terlihat menonjol di organisasi intra kampus atau study club kajian keilmuan yang dibimbing oleh saya maupun dosen lainnya," kata Andi.
Ia mengaku, selain aktif di kampus, Intan juga terlibat di organisasi di luar kampus. Meski dengan kesibukan sebanyak itu, Andi melihat Intan tak pernah bermasalah dengan nilai mata kuliahnya.
"Saya salut dan bangga tentang manajemen waktu yang dilakukan Intan," pungkasnya.