1. Beranda
  2. Agraria
  3. Headline

Lingkungan

Tambang Datang, Burung Endemik di Halmahera Tengah Menghilang

Oleh ,

BELUM hilang ingatan Feery, 48 tahun, tentang gerombolan kakatua putih yang terbang nyaris ke tepi pantai Desa Lelilef Sawai, Weda Tengah, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Siang itu, Selasa 26 Desember 2022, Feery menunjukkan kepada saya kawasan permukiman yang dahulu adalah hutan lebat hunian burung-burung indah Pulau Halmahera.

Bagi Feery kondisi tersebut jauh berbeda. Sembilan tahun lalu pada 2013 suara paruh bengkok masih terdengar di wilayah pesisir Lelilef yang kini bersalin rupa jadi lokasi pertambangan. Setengah berdiri, ia lantas mengarahkan telunjuknya ke arah hutan di sebuah bukit yang tampak digunduli perusahaan.

“Dulu di sana burung Kakatua paling banyak. Biasanya dorang (mereka) gerombolan hinggap di ranting pohon,” ujar lelaki paruh baya itu kepada saya.

Bukaan hutan oleh perusahaan hingga perluasan permukiman warga saat ini, menurut Feery, memaksa habitat burung menghadapi ancaman serius.

Tak banyak lagi pemandangan hutan Desa Lelilef Sawai. Kondisi perkampungan ini menyisahkan gusuran tambang dan petak hutan yang tak lagi meluas. Feery bilang, sisa cakupan hutan itu, mustahil bagi burung-burung bisa bertengger lagi di sana apalagi membangun sarangnya.

Spesies paruh bengkok, Kakatua Putih (Cacatua Alba) di Hutan Halmahera Tengah || Foto: Rian Hidayat Husni

"Kakatua sering tera (hinggap) di pohon dekat orang punya kebun. Sangat dekat. Mereka terbang gerombolan. Sekarang entah ke mana," ujar Feery. Ia menduga, burung-burung itu pindah ke kawasan hutan yang masih terjaga.

Feery sejatinya ingin menggambarkan bahwa sebelum tambang datang hutan primer desa tersebut masih cukup lebat. Pepohonan berdiameter besar menjulang tinggi. Kala itu, Feery berkata, spesies paruh bengkok macam Kakatua Putih (cacatua alba), Kasturi Ternate (lorius garrulus) dan banyak lagi burung endemik lain yang mendiami daratan Pulau Halmahera mudah dijumpai.

“Sekarang orang sudah banyak. Ada perusahaan tambang di sini, mana mungkin burung-burung bisa hidup, mau cari makan di mana?,” kata Feery yang telah bermukim di Lelilef Sawai sejak 2013 sebagai buruh bangunan.

Lelilef Sawai merupakan desa yang berdekatan langsung dengan kawasan Objek Vital Nasional PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP). Dari desa ini, tak lebih 10 menit untuk memasuki kawasan perusahaan pengolah logam berat tersebut.

IWIP adalah satu di antara Proyek Strategis Nasional oleh Presiden Joko Widodo melalui pengesahan Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 109 pada tahun 2020.

Berita Lainnya