1. Beranda
  2. Headline
  3. Kabar

Industri

Dokumenter TEMPO TV: Mengungkap Cara Harita Mengelola dan Menjaga Kualitas Air di Kawasi

Oleh ,

TEMPO TV merilis film dokumenter berdurasi hampir 30 menit, pada 24 Mei 2025, yang secara mendalam mengeksplorasi upaya pengelolaan air di wilayah tambang nikel Pulau Obi, Maluku Utara. Film yang telah ditonton 46 ribu penonton, pada Senin 13 Juli 2025, ini merekam detail proses pemantauan kualitas air, tantangan teknis, hingga interaksi antara perusahaan tambang, masyarakat, dan alam.

Narasi dibuka dengan pengukuran beberapa parameter dasar air secara in situ, seperti pH, dissolved oxygen, dan conductivity. Hasil awal menunjukkan angka conductivity yang relatif kecil, yaitu 8,6 mikroimen. Hal ini menandakan rendahnya ion logam yang mampu menghantarkan listrik di perairan Danau Karo. Kesimpulannya, kualitas air di danau tersebut dinilai masih sangat baik dan natural, belum terganggu aktivitas pertambangan.

Film kemudian menyoroti bagaimana air di Danau Karo dimanfaatkan secara bijak. Catchment area yang masih natural dijaga agar tidak tercemar, sementara perusahaan tambang berupaya memastikan air yang digunakan untuk operasi tidak mengganggu pasokan air bagi masyarakat hilir. Salah satu warga bahkan masih menggunakan air dari mata air gunung untuk kebutuhan sehari-hari, menandakan sumber air tetap terjaga.

Dokumenter juga menegaskan dua variabel penting yang wajib dikuasai perusahaan tambang: kuantitas dan kualitas air. Volume air diprediksi hingga puluhan tahun ke depan, termasuk periode pasca tambang, agar infrastruktur pengelolaan air dapat direncanakan dengan matang. Dari sisi kualitas, perusahaan harus memahami karakteristik polutan air tambang serta metode pengendapan, demi memastikan air yang dilepaskan kembali ke alam memenuhi baku mutu.

Film memperlihatkan berbagai strategi pengendalian air: mulai dari pembangunan dam, revegetasi untuk mengurangi erosi, pembuatan draught structure, hingga penggunaan sedimen pond zigzag guna memperlambat laju aliran air. Semua inovasi tersebut bertujuan untuk mencegah aliran air tercemar masuk ke laut, sambil menurunkan beban lumpur.

Selain itu, perusahaan memasang sistem sparing di titik-titik outlet catchment area. Data dari sistem ini langsung terpantau oleh pemerintah secara real time. Parameter air dievaluasi berkala oleh laboratorium berlisensi, guna memastikan kesesuaian dengan baku mutu lingkungan.

Karakterisasi air tambang tidak hanya sebatas logam terlarut, tetapi juga memperhatikan kecepatan pengendapan. Data tersebut penting untuk merancang ukuran sedimen pond yang tepat. Film memperlihatkan bagaimana air yang semula keruh menjadi jernih setelah proses pengendapan gravitasi selama 30–45 menit.

Dokumenter ini juga mengapresiasi perusahaan tambang Harita yang dinilai telah mengembangkan sedimen pond yang lebih besar dan optimal dibanding tambang nikel lain di Indonesia. Upaya ini penting karena industri tambang sangat masif dan rawan bersinggungan dengan pemukiman.

Di bagian lain, penonton diajak menelusuri Dry Stack Tailing Facility. Tailing (lumpur sisa pengolahan) dipadatkan, dikeringkan, kemudian ditimbun berlapis dengan sistem drainase. Air yang kontak dengan tailing ditampung di kolam lindi sebelum diolah di water treatment plant. Konsep ini mencegah air limbah langsung dibuang ke laut, dan membedakan air alami dari air buangan.

Pemantauan kualitas laut juga diangkat, dengan laporan yang rutin diserahkan ke pemerintah. Film mencatat keberhasilan perusahaan meraih predikat biru dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER), menandakan ketaatan terhadap regulasi lingkungan.

Film turut merekam proses sampling di mata air Kawasi dan sumur bor warga. Penjelasan ilmiah detail mengungkap jalur resapan air, yang ternyata tidak langsung terkait dengan tambang, melainkan melalui reservoar alami di Danau Karo. Kajian isotop, uji geolistrik, hingga analisis kimia memperkuat fakta bahwa mata air Kawasi tetap mengalir.

Selain konservasi, dokumenter juga mengupas pentingnya distribusi air bersih yang lebih terpusat, agar tekanan dan kualitas air tetap terjaga. Masyarakat didorong berkolaborasi dengan perusahaan dan pemerintah untuk memperbaiki jaringan distribusi, mengurangi kebocoran, serta meningkatkan fasilitas penampungan air.

Dari Sungai Akelamo, film menunjukkan upaya monitoring catchment area yang ketat. Air yang dimanfaatkan pabrik tetap diolah agar tidak mencemari sungai, dengan dua titik penataan di hulu sungai.

Dokumenter ini kemudian menekankan prinsip beyond comply—bahwa perusahaan harus melampaui sekadar patuh regulasi, tapi juga membangun sistem pengelolaan yang transparan dan berkelanjutan. Semua proses dipantau auditor independen, termasuk lembaga internasional seperti IRMA.

Pesan terakhir film: pertambangan tidak bisa dihindari, tetapi harus dijalankan secara bertanggung jawab. Menutup tambang bukan solusi utama; yang penting adalah bagaimana membangun industri yang mengutamakan konservasi air dan menjaga keberlanjutan ekologi serta sosial.

Film dokumenter TEMPO TV ini menjadi potret reflektif dan edukatif, mengajak masyarakat memahami tantangan, solusi, dan komitmen nyata di balik operasi tambang nikel di Pulau Obi.

Berita Lainnya