Pembangunan
Proyek Talud Rp9,4 Miliar di Morotai Selatan Dikecam, Warga Khawatir Longsor
Pembangunan proyek talud penahan ombak di Desa Mandiri, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, menuai kritik dari warga.
Proyek senilai Rp9,4 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) ini menggunakan material batu bolder hasil galian C yang berlokasi sangat dekat dengan permukiman warga. Aktivitas tersebut dinilai membahayakan keselamatan warga sekitar, terutama saat terjadi hujan deras atau gempa.
Proyek ini dikerjakan oleh CV Alfa Rizky, perusahaan yang beralamat di Jalan Trans, RT 012/RW 006, Kelurahan Jati, Kota Ternate. Nilai pagu proyek tercatat sebesar Rp9.482.541.000,00.
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi bukit di sekitar lokasi galian mulai rusak. Permukaan tanah terlihat terkelupas akibat pengerukan alat berat. Batu-batu besar hasil galian juga ditumpuk di tepi jalan desa, hanya berjarak beberapa meter dari rumah warga.
Salah satu warga, Fitria, yang tinggal paling dekat dengan lokasi galian, mengaku cemas akan risiko longsor yang mengancam keselamatan keluarganya.
“Kami sangat khawatir. Lokasinya terlalu dekat dengan rumah. Kalau terjadi gempa atau hujan deras, bisa saja langsung longsor. Kalau mau digali, sekalian habiskan, jangan setengah-setengah,” ujarnya.
Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Mereka menilai proses penggalian dilakukan tanpa kajian dampak lingkungan yang matang, serta minim pengawasan dari pemerintah daerah.
Kepala Desa Mandiri, Supardi Abdula, membenarkan bahwa lokasi galian memang digunakan untuk memasok material batu bolder proyek talud. Menurutnya, pihak pelaksana proyek sudah menyampaikan pemberitahuan kepada pemerintah desa sebelum kegiatan dimulai.
“Memang itu galian C untuk kebutuhan pembangunan talud di Desa Mandiri. Pihak proyek sudah memberitahu kami sebelumnya,” jelasnya.
Supardi menambahkan bahwa wilayah tersebut juga masuk dalam rencana perluasan desa ke depan. Namun untuk saat ini, katanya, fokus utama masih pada pemenuhan material untuk pembangunan talud.
“Selain untuk talud, memang ada rencana pengembangan desa di lokasi itu. Tapi sekarang fokusnya masih pada penggalian batu,” tambahnya.
Meski demikian, penjelasan tersebut belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran warga. Mereka meminta agar pemerintah daerah dan instansi terkait segera turun tangan mengevaluasi dampak dari aktivitas galian yang berisiko terhadap keselamatan.
Sementara itu, pelaksana proyek, Bagas, mengungkapkan bahwa kegiatan penggalian sudah berlangsung lebih dari satu bulan. Batu bolder yang diambil digunakan khusus untuk proyek talud sebagai bagian dari penanganan bencana.
“Ada tiga titik lokasi galian C. Kami sudah mulai menimbun batu bolder sejak sebulan lalu. Proyek ini untuk penanganan bencana dan dananya dari DAK,” ujarnya.
Bagas juga menyebutkan bahwa progres pembangunan talud saat ini telah mencapai sekitar 50 persen. Ia memperkirakan total kebutuhan material batu bolder mencapai lebih dari 2.000 ret (kubik).