Insiden
Demo SAMURAI Morotai Berakhir Ricuh, Mahasiswa Diduga Dipukul Anggota Satpol PP
Aksi unjuk rasa yang digelar puluhan mahasiswa dari Solidaritas Aksi Mahasiswa Untuk Rakyat Indonesia (SAMURAI) Distrik Unipas Morotai berakhir ricuh.
Dalam demonstrasi yang berlangsung di halaman Kantor Bupati Pulau Morotai, Senin, 4 Agustus 2025, seorang mahasiswa diduga menjadi korban pemukulan oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Aksi yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIT ini menyoroti berbagai persoalan di daerah, mulai dari krisis pertanian hingga penertiban pedagang liar. Massa membawa sejumlah spanduk, salah satunya bertuliskan:
"Petani menderita, pasar terbengkalai; bupati miskin ide; Polres kalah sama oknum pelecehan."
Menurut Koordinator Aksi, Ruslan Jamal, kericuhan bermula ketika massa aksi membakar ban bekas di depan gerbang Kantor Bupati. Tindakan itu diduga memicu kesalahpahaman dengan aparat Satpol PP, yang kemudian berujung pada benturan fisik.
“Saat kami membakar ban sebagai bentuk ekspresi, justru terjadi pemukulan. Rekan kami, Julfan Umasangaji, menjadi korban. Dia mengalami luka pada bagian mulut dan bibir hingga berdarah. Kami minta pertanggungjawaban dari pihak Satpol PP,” kata Ruslan kepada wartawan.
Ruslan menegaskan bahwa massa aksi tidak melakukan tindakan anarkis selain membakar ban sebagai simbol protes.
Dalam aksinya, SAMURAI menyampaikan enam tuntutan kepada pemerintah daerah dan aparat penegak hukum, yaitu:
1. Mendesak Bupati Morotai memberikan bantuan pertanian berupa pupuk, bibit, obat-obatan, dan bak air sumur bor.
2. Menghentikan impor produk pertanian yang merugikan petani lokal.
3. Meningkatkan pemberdayaan petani sawah di Morotai.
4. Menertibkan pedagang liar yang dianggap mengganggu ketertiban pasar.
5. Mendesak Polres Morotai segera menuntaskan kasus dugaan pelecehan seksual di wilayah Morotai Jaya.
6. Mendesak DPRD Morotai segera membentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang perlindungan perempuan dan anak.
Secara terpisah, Kepala Satpol PP Pulau Morotai, Anwar Sabadar, membantah adanya tindakan represif oleh anggotanya. Ia mengklaim bahwa insiden tersebut hanya berupa gesekan biasa antara mahasiswa dan petugas.
“Kami sudah ingatkan agar tidak membakar ban karena bisa merusak jalan. Anggota saya hanya menegur, tapi pihak mahasiswa tetap memaksa. Akibatnya terjadi dorong-dorongan, tapi tidak ada pemukulan atau kekerasan,” ujar Anwar saat dikonfirmasi.
Ia menegaskan bahwa pengamanan dilakukan sesuai prosedur, dan tidak ada unsur kekerasan dalam penanganan aksi tersebut.