1. Beranda
  2. Headline
  3. Kabar

Organisasi

Toadore Fest II Perkenalkan Warisan Budaya Tidore di Jogja

Oleh ,

Perkumpulan Keluarga Pelajar Mahasiswa Nuku (PKPM Nuku) Yogyakarta resmi membuka Toadore Fest II, festival yang menjadi wadah ekspresi anak muda Tidore dalam memperkenalkan warisan budaya Maluku Utara ke kancah nasional.

Festival ini juga melibatkan mahasiswa dan komunitas seni budaya dari berbagai daerah di Indonesia, dan berlangsung selama dua hari di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, tepatnya di Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.

Salah satu rangkaian kegiatan adalah lomba menggambar, yang bertujuan memperkenalkan budaya dan sejarah Kesultanan Tidore kepada generasi muda.

Kemudian, diadakan kegiatan Oyo Bari, yaitu makan bersama dengan sajian kuliner tradisional Tidore seperti Sarabati, Sagu Jai, dan Kue Lapis Tidore. Acara ini dikemas dengan suasana tempo dulu, lengkap dengan tata saji khas, alas daun pisang, dan tradisi makan lesehan.

Selain lomba menggambar dan kegiatan Oyo Bari, Toadore Fest II juga menghadirkan pameran UMKM lokal dan nasional, serta pameran arsip sejarah dan budaya Tidore dan Maluku Utara.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diwakili Staf Ahli Bidang Sosial, Budaya, dan Kemasyarakatan, Didik Wardaya, menekankan pentingnya menjaga keberagaman budaya sebagai identitas bangsa.

“Budaya adalah jati diri yang perlu kita jaga dan lestarikan di era modern. Yogyakarta menjadi pusat interaksi budaya dari seluruh Indonesia. Kehadiran Toadore Fest merupakan bentuk nyata representasi jejak, rasa, dan nada. Pemerintah DIY mendukung kegiatan ini sebagai kolaborasi antara Tidore dan Yogyakarta,” ujar Didik.

Sementara itu, Wali Kota Tidore Kepulauan yang diwakili Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra, Syofyan Saraha, mengapresiasi peran anak muda Tidore dalam mengenalkan budaya Tidore ke masyarakat luas.

“Pemerintah Kota Tidore Kepulauan mengapresiasi kegiatan PKPM Nuku Yogyakarta, di mana anak-anak muda Tidore menghadirkan perwakilan dari berbagai daerah se-Indonesia, sekaligus membuka ruang untuk lebih mengenal budaya Tidore. Kami akan mengupayakan agar Toadore Fest menjadi event tahunan, seperti Kampoeng Rameang, Marasante, dan Juanga Fest,” kata Syofyan.

Ketua Panitia, Furqan Rivhay Rahman, menceritakan dinamika selama persiapan festival.

“Perjalanan kepanitiaan selama enam bulan penuh tantangan, mulai dari kekurangan sumber daya hingga keterbatasan dana. Namun, semangat kami tetap menyala. Kegiatan ini adalah wujud cinta dan peluang untuk memperkenalkan budaya Tidore, sekaligus mendorong mahasiswa untuk berinovasi. Masa depan Tidore ada di tangan kami, anak muda,” ujarnya.

Ketua Umum PKPM Nuku, Afdan Abdullatif, menyampaikan dukungan festival ini terhadap pengesahan Sultan Zainal Abidin Syah sebagai Pahlawan Nasional oleh Kementerian Sosial RI. Ia juga merekomendasikan warisan budaya tak benda kepada Pemerintah Daerah Tidore Kepulauan, termasuk Hula Keta/Sagu Jai, Lapis Tidore, dan Sarabati.

“Ketiga unsur ini merupakan simbol keberlanjutan nilai dan rasa dari tanah Tidore. Semoga langkah kecil kami di Yogyakarta menjadi doa panjang bagi kebudayaan Tidore, Maluku Utara, dan Indonesia. Menjaga budaya berarti menjaga doa leluhur, dan hari ini kita membuktikan doa itu masih hidup,” kata Afdan.

Berita Lainnya