1. Beranda
  2. Headline
  3. Kabar

BPD Kawasi Halmahera Selatan Ungkap Penyebab Krisis Air Bersih dan Listrik

Oleh ,

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kawasi, Kabupaten Halmahera Selatan, akhirnya buka suara terkait krisis air bersih dan listrik yang belakangan dikeluhkan warga.

Ketua BPD Kawasi, Reinhard Siar, menegaskan bahwa gangguan pasokan air dan listrik di Desa Kawasi, Pulau Obi, bukan disebabkan oleh keterbatasan fasilitas, melainkan maraknya praktik sambungan ilegal yang dilakukan oleh pendatang yang tidak terdata secara resmi.

Menurut Reinhard, lonjakan jumlah pendatang yang masuk ke wilayah Kawasi dalam beberapa waktu terakhir telah membebani infrastruktur desa. Kondisi ini memicu tindakan tidak bertanggung jawab berupa penyambungan jaringan listrik dan air secara ilegal yang berdampak langsung pada warga lokal.

Terkait pasokan listrik, Reinhard menyebutkan bahwa daya yang tersedia sejatinya sangat memadai. Bahkan, jika dihitung berdasarkan jumlah Kartu Keluarga (KK) warga lokal, kapasitas listrik yang ada tergolong berlebih.

“Distribusi listrik sebetulnya sudah merata dan sesuai dengan jumlah KK warga lokal. Kalau hanya dihitung warga asli, itu malah berlebih,” ujar Reinhard, Selasa, 30 Desember 2025.

Namun demikian, kondisi berubah seiring meningkatnya jumlah pendatang. Ia menduga kuat adanya praktik pencurian arus listrik yang menyebabkan beban mesin genset meningkat drastis hingga melebihi kapasitas.

“Diduga ada penyambungan listrik ilegal. Dampaknya, mesin genset kebobolan karena beban terlalu tinggi, sepertinya akibat banyaknya pendatang,” jelasnya.

Masalah serupa juga terjadi pada distribusi air bersih. Reinhard membantah isu bahwa sumber air di Desa Kawasi tidak mencukupi. Menurutnya, jatah air bagi warga penerima manfaat yang telah terdata sejak awal sangat cukup, bahkan berlebih.

Kelangkaan air di sejumlah titik, kata dia, lebih disebabkan oleh perusakan jaringan pipa akibat pemasangan sambungan ilegal oleh oknum pendatang tanpa sepengetahuan pengelola.

“Untuk warga penerima yang terdata dari dulu, air itu cukup bahkan berlebih. Tapi sekarang banyak pendatang yang melubangi pipa sendiri tanpa sepengetahuan pengelola,” ungkapnya.

Akibat kondisi lingkungan yang semakin padat dan tidak tertata, Reinhard mengaku memilih pindah ke kawasan Permukiman Baru Desa Kawasi. Ia menilai kawasan tersebut memiliki infrastruktur yang lebih tertata dan menunjang kualitas hidup masyarakat.

“Fasilitas umum di permukiman baru sudah lengkap dan nyaman. Saya pindah karena lebih tertata dan pertumbuhan ekonominya juga baik,” pungkas Reinhard.

Berita Lainnya