Opini
Sabda 2020

Sabda bukan sekadar kumpulan kata. Kata-kata yang dipilih dalam sabda adalah kata yang diseleksi dan bernuansa harapan serta janji. Tidak banyak yang bersabda, tetapi tidak sedikit sabda yang disampaikan. Bukanlah ibarat narkoba yang terlarang bagi setiap insan untuk mendekatinya, sabda sangat melekat pada nilai kemerdekaan seseorang dalam berpendapat.
Sabda-sabda yang ramai muncul hanyalah pada saat momen tertentu. Dalam catatan konstitusi 'katanya' Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi Indonesia dibuktikan dengan adanya sistem pemerintahan. Seiring berjalannya waktu, demokrasi Indonesia mengalami perkembangan dengan hadirnya pemilihan umum mulai dari kepala negara, kepala daerah, hingga wakil rakyat (legislatif). Dengan adanya pesta demokrasi, maka ramai pula mereka yang bersabda.
Akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020 ini satu demi satu dari segelintir mereka mulai bersabda dalam bingkai cantik lembaran spanduk yang menjadi saksi bisu perjalanan kami sepanjang jalan dikota Ternate. Bukanlah hal baru bagi kami masyarakat kota Ternate dalam melihat pemandangan spanduk berisikan sabda-sabda dan menjadi antusias bagi kami yang membacanya sebab menuangkan banyak harapan yang diinginkan masyarakat kota Ternate. Tak sedikit spanduk yang mewarnai kota Ternate dari Utara hingga Selatan. Jenis sabda yang disampaikan pun beragam mulai dari Ternate Damai, Ternate Hebat hingga Ternate Maju.
Sabda tak selalu berbuah manis pada implementasi. Pasalnya, beberapa senandung visi dan misi dari mereka tidak sejalan dengan apa yang mereka lakukan setelah terpilih. Sebut saja mereka yang dimaksud adalah sang politisi. Politisi yang dipahami masyarakat pada umumnya adalah sosok penabur janji dan harapan. Jika janji yang disabdakan dapat diimplementasikan maka bisa dikatakan berhasil, namun berbeda dengan kenyataan yang bertolak belakang akan menjadi catatan buruk bagi pemilik gelar “politisi”.
Segelintir dari mereka yang bergelar politisi kini sibuk meramaikan pesta demokrasi dalam pemilihan kepala daerah (pemilukada) Walikota Ternate 2020 ini. Ternate, kota dengan ciri khas sendiri menjadi magnet bagi mereka yang berkecimpun dalam dunia politik. Tidak menjanjikan sesuatu yang indah bagi Ternate tetapi mengindahkan suatu janji untuk Ternate.
Dua puluh tahun menjadi kota, Ternate kini mengalami perubahan positif dalam aspek pembangunan. Kota yang didukung dengan keindahan alam menjadikan pemerintah kota Ternate tertarik untuk mengembangkan potensi alam sebagai medium pariwisata.
Keindahan kota Ternate sangat disayangkan karena hanya berfokus pada beberapa titik saja sebab masih terdapat beberapa titik yang menjadi bagian dari kota Ternate memgalami ketertinggalan dalam aspek pembangunan. Sebut saja Kecamatan Pulau Hiri dan Batang Dua yang sejauh ini belum mengalami perkembangan yang baik dalam aspek pembangunan.
Hiri yang secara letak sangat dekat dengan pusat kota Ternate, namun untuk sampai ke pusat kota masih harus dengan menggunakan transportasi laut (motor kayu). Berbeda dengan Batang Dua yang masih sedikit jauh dari pusat kota, tentu jarang mendapat sentuhan manja dari pemerintah.
Masalah lainnya yang dekat dengan kita masyarakat kota Ternate adalah meningkatnya jumlah sampah plastik dan tersebar di pesisir pantai hingga ke laut. Masalah sampah plastik telah menjadi masalah yang substansial dan berimplikasi pada keadaan laut dan pemukiman warga pesisir pantai yang kotor dan kumuh. Dengan demikian, fakta ini tentu tidak berbanding lurus dengan salah satu ikon kota Ternate yaitu KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Pasalnya, kekumuhan di kota Ternate masih ada dan letaknya pun di pusat kota.
Setelah aspek pembangunan fisik, tidak dapat kita nafikan bahwasanya pembangunan nilai di kota Ternate masih sangat rendah. Pembangunan nilai yang dimaksudkan berorientasi pada kemampuan atau keterampilan seseorang dalam segala bidang kehidupan.
Demokrasi Miskin Literasi
Salah satu pembangunan nilai yang masih rendah di kota Ternate adalah kemampuan literasi anak daerah yang sejauh ini berada di bawah rata-rata secara nasional. Tentu, ini menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) bagi pemimpin Kota Ternate kelak dalam membuat program unggulan yang dapat menunjang kemampuan literasi anak daerah. Misalnya, program bantuan berupa beasiswa bagi anak daerah yang menggeluti dunia menulis, atau program mengembangkan pojok literasi di setiap kelurahan (apabila telah ada).
Untuk menuju kota Ternate yang lebih baik lagi ke depan baik dari aspek pembangunan fisik maupun pembangunan nilai, maka dibutuhkan adanya perubahan positif untuk Ternate. Perubahan yang dilakukan harus dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat.
Tidak hanya berpusat pada pemerintah dengan menghadirkan suatu program. Walaupun program yang baik telah disodorkan pemerintah tetapi dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat dan masyarakat tidak berpartisipasi aktif, maka untuk mencapai perubahan yang dimaksud tersebut adalah sia-sia. Itulah sebabnya, good government harus didukung dengan good civil society.
Dengan demikian, sabda-sabda yang terpampang di beberapa titik di kota Ternate adalah jawaban atas masalah-masalah di atas. Karena sabda-sabda yang disampaikan bermuara pada perubahan posisitf untuk kota Ternate secara umum. Yang membaca sabda akan berharap menjadi nyata, dan yang bersabda harus bertanggung jawab atas apa yang disabdakan kelak. Dari kami anak daerah yang berharap sabda menjadi nyata.
Komentar