Sejarah
Mengapa Pemuda Mareku, Tidore, Lakukan Upacara di Tanggal 18 Agustus? Ini Sejarahnya

Sejarah Merah Putih di Tanjung Mafutabe
Sangaji Laho, Umar Yasin, mengisahkan sejarah pengibaran bendera merah putih di tanjung Mafutabe ini tidak terlepas dari perjuangan pergerakan kemerdekaan yang dimotori oleh dua orang tokoh pergerakan nasional, yaitu Arnold Mononutu dan Chasan Boesoirie. Generasi Mareku saat itu adalah eksekutor sedangkan tokoh yang ada dibalik itu adalah Arnold Mononutu dan Chasan Boesoirie.
"Pengibaran bendera merah putih pertama kali saat itu membutuhkan orang yang bernyali menerima segala resiko karena pasti akan berhadapan dengan penjajah," cerita Sangaji Laho, Umar Yasin.
Ia bilang, saat itu polisi kolonial Belanda tidak berani menurunkan bendera merah putih di Tanjung Mafutabe. Orang yang bisa menurunkan bendera saat itu hanya Almarhum Sultan Tidore, Zainal Abidin Sjah. Usai menurunkan bendera itu, Almarhum Sultan Zainal Abidin Sjah kemudian mengumpulkan seluruh masyarakat Sangaji. Dalam momen pertemuan dengan masyarakat itu, Sultan Zainal Abidin Sjah menegaskan, bendera merah putih tetap dikibarkan namun belum saatnya.
Sangaji Laho menuturkan, bagi Sultan Zainal Abidin Sjah, pengibaran merah putih punya makna yang sangat penting. Karena Indonesia itu dari Sumatera sampai Irian. Namun, Indonesia, kata Sangaji Laho bahwa setelah memproklamirkan kemerdekaan, Indonesia secara de facto masih diakui hanya dari Sumatera, Jawa dan Madura. Sedangkan di kawasan timur Indonesia belum merdeka.
Tak hanya itu, pengibaran bendera di Mareku itu juga berkaitan dengan konferensi Malino pada Juli 1946. Ketika konferensi Malino usai, Sultan Zainal Abidin Sjah memilih opsi kedua untuk bergabung dengan NKRI.
"Pengibaran bendera di tanjung ini adalah bukti bahwa Tidore memang NKRI. Dan Indonesia itu mulai dari Sumatera sampai Irian," ungkap Sangaji Laho.
Tokoh adat itu juga mengisahkan kehadiran Chasan Boesoirie di Mareku saat itu juga sempat membangun pesantren dengan tujuan menanamkan nilai dan jiwa nasionalisme orang-orang Tidore saat itu. Sedangkan Arnold Mononutu saat itu juga berperan memberikan pidato politik serta memobilisasi pemuda untuk perjuangkan dan mempertahankan NKRI.
"Jadi pengibaran bendera dilakukan pada 18 Agustus di Mareku ini karena memang bendera merah putih dikibarkan pertama kali di Tidore bahkan Indonesia timur itu di tanjung Mafutabe itu pada 18 Agustus 1946. Setahun dan sehari setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan," tukasnya.
Perjuangan untuk mengibarkan bendera merah putih di tanjung itu sangat beresiko. Banyak tokoh-tokoh Mareku yang ditangkap dan dipenjarakan di benteng Oranje Ternate oleh Belanda.
Sementara, si pengibar bendera, Abdullah Kadir dipukul oleh polisi kolonial Belanda di Soasio Tidore. Hal itu membuat masyarakat Mareku menyerang kantor polisi kolonial Belanda di Soasio. Namun, polisi kolonial Belanda melarikan diri ke Ternate karena rencana penyerangan oleh masyarakat Mareku sudah diketahui.
"Lokasi ini adalah tempat pengibaran bendera merah putih pertama di Indonesia timur yaitu pada 1946. Di Gorontalo itu bendera dikibarkan pada 1947," tegas Sangaji Laho.
Komentar