Sepakbola
Malut United: Kebangkitan Sepakbola di Timur Indonesia

Malut United FC adalah sebuah tim baru yang membawa nama Maluku Utara dan juga Maluku di kancah sepakbola nasional. Kemunculannya terbilang mengejutkan karena hanya satu musim kompetisi langsung meraih tiket promosi ke Liga 1. Prestasi hebat ini tentu memiliki beberapa konsekuensi. Tim ini tak boleh sekedar numpang lewat di kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Mengapa?. Karena Malut United bukan sekadar entitas sepakbola. Ada banyak fragmen kehidupan yang saling terkait dan menguatkan. Tujuan awal membentuk Malut United adalah memberikan kebahagiaan kepada masyarakat dengan hiburan sepakbola kelas satu.
Malut United juga hendak meneguhkan kebanggaan kolektif publik Maluku Utara dan Maluku bahwa sepakbola juga milik “kami”. Agar kebahagiaan dan kebanggaan itu berlangsung lama, “orang baik” telah menegaskan sikapnya bahwa Malut United harus berprestasi di Liga 1. Kebahagiaan dan kebanggan itu juga akan makin lengkap jika ada pemain lokal asal Maluku Utara dan Maluku yang jadi pilar utama tim dan direkrut sebagai pemain tim nasional. Caranya tak bisa instan. Akademi sepakbola adalah jalan satu-satunya untuk mewujudkan mimpi itu. Akademi yang berkualitas juga akan menopang ketersediaan pemain muda untuk mengikuti kompetisi Elit Pro Academy. Setiap kontestan Liga 1 wajib mengikuti kompetisi berjenjang U-16, U-18 dan U-20.
Di masa lalu, daerah ini pernah menyumbang pemain untuk tim nasional. Sebut saja Hans Minggu, Arizona Hamadi, Rahmat Rivai, Fandy Mohtar hingga Zulham Zamrun. Semuanya bermula dari Persiter Ternate. Belakangan muncul Ilham Udin Armaiyn yang mencuri perhatian pelatih Indra Sjafri saat memperkuat tim Popnas Maluku Utara. Ada juga Mahdi Fahri Albar yang bersekolah di SAD Uruguay. Jika mau diperluas, ada nama Rizky Pora namun karir sepakbolanya berkembang di Kalimantan.
Selepas itu, Maluku Utara tak lagi punya pemain tim nasional. Kondisi yang sama terjadi di Maluku. Ketiadaan tim lokal yang mengikuti kompetiis level nasional setelah Persiter dan PSA Ambon terpuruk - memperburuk peluang pemain untuk berkompetisi. Tak ada yang bisa dipantau. Wajah tim nasional sejak era kepelatihan Shin Tae-yong bahkan tak merekrut satupun pemain Maluku dan Maluku Utara. Ada memang nama Shayne Pattynama dan Ragnar Oratmangoen tetapi keduanya datang dari Belanda. Sebuah ironi.
Komentar