Pilkada
Dukungan Penuh untuk Rusli-Rio, Warga Morotai Siap Berperang Melawan Politik Uang
"Insentif yang dulunya Rp 1 juta kini hanya Rp 700 ribu. Begitu juga dengan insentif untuk tukang sapu, lansia, dan janda, semuanya dipotong," ungkapnya.
Trauma akibat kepemimpinan yang dianggap tidak pro-rakyat membuat warga Wayabula dan Bobula lebih waspada dalam memilih pemimpin. Mereka berkomitmen untuk menolak calon bupati yang mencoba memenangkan hati warga dengan praktik politik uang.
"Kami siap melawan politik uang. Warga akan mengawal dari rumah ke rumah, bahkan merekam menggunakan kamera ponsel jika ditemukan indikasi politik uang," tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa harga diri lebih penting daripada uang tunai yang ditawarkan dalam pemilihan.
"Satu juta tidak ada artinya dalam Pilkada. Yang lebih berarti adalah harga diri kita. Kami bukan ayam, jadi tolak satu juta supaya tidak menderita lima tahun ke depan," tutupnya.
Warga juga mengancam akan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku politik uang.
"Jika ada yang bermain uang di malam hari H, kami pastikan akan melaporkan dan memprosesnya," ancamnya.
Dengan komitmen ini, warga berharap Pilkada di Pulau Morotai dapat berlangsung dengan bersih dan transparan, serta melahirkan pemimpin yang benar-benar pro-rakyat.
Komentar