Sepakbola
Zulham Zamrun Ukir Dua Rekor yang Masih Abadi
Zulham Zamrun. Sebuah nama yang lekat dengan kecepatan, insting tajam, dan tekad yang tak pernah usang.
Dari garis tepi, ia melesat bagai anak panah—menari di ruang sempit, mengecoh bek lawan, lalu melepaskan tembakan yang mematikan. Ia bukan hanya menyumbang gol, tapi mengukir sejarah.
Dua gelar individual paling prestisius di dua turnamen berbeda: Top Skor dan Pemain Terbaik Piala Presiden 2015, dan Top Skor serta Pemain Terbaik Piala Indonesia 2018/2019. Sebuah rekor yang hingga kini masih berdiri kokoh, tak tergoyahkan siapa pun.
Di Piala Presiden, ia membawa Persib Bandung ke puncak, mencetak 6 gol, dan tampil sebagai tokoh utama dalam final megah di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Tiga tahun kemudian, mengenakan seragam merah PSM Makassar, ia kembali jadi aktor utama. Sepuluh gol ia lesakkan, termasuk di laga-laga krusial, dan lagi-lagi dinobatkan sebagai yang terbaik.
Zulham bukan hanya pemain flamboyan—ia adalah penyelesai peluang, pemecah kebuntuan, dan pemompa semangat tim. 67 gol di kompetisi profesional, dari Persipura hingga PSM, adalah bukti konsistensinya. Di Timnas, ia tampil dalam 33 laga dan mencetak 7 gol—menjadi bagian dari generasi yang nyaris mencicipi gelar Asia Tenggara.
Di usia yang tak lagi muda 37 tahun, Zulham memilih jalur berbeda: turun kasta, memeluk tantangan baru. Bersama Persijap Jepara, ia bukan hanya datang sebagai pemain senior, tapi sebagai pemimpin. Hasilnya? Promosi ke Liga 1 di musim 2023/2024, sebuah prestasi yang tak hanya bicara statistik, tapi juga jiwa. Yang paling emosional, torehan itu dicatat di hadapan mantan klub yang turut membesarkannya, Persela Lamongan.
Zulham Zamrun adalah salah satu winger terakhir dari generasi emas sebelum era banjir naturalisasi. Ia bukan sekadar nama di papan skor, tapi simbol dari perjalanan panjang—dari Ternate ke Jakarta, dari GBK ke Jepara.
Rekornya belum patah. Langkahnya belum berhenti. Dan selama masih ada ruang di sisi lapangan, Zulham akan terus menari.