Agenda

Balai Bahasa Maluku Utara Dorong Pelestarian Bahasa Bacan

Balai Bahasa Maluku Utara gelar kegiatan revitalisasi bahasa Bacan. Foto: Ist

Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara menggelar kegiatan Revitalisasi Bahasa Bacan sebagai bagian dari upaya pelestarian bahasa daerah yang terancam punah.

Kegiatan ini berlangsung selama empat hari dan dipusatkan di aula Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan.

Kegiatan ini diikuti oleh para guru tingkat SD dan SMP dari berbagai sekolah di wilayah Halmahera Selatan. Mereka merupakan bagian penting dalam proses pewarisan bahasa daerah kepada generasi muda.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara, Nukman, S.S., M.Hum., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah konkret untuk menghidupkan kembali bahasa daerah yang kini mulai ditinggalkan penuturnya.

"Satu dari tiga bahasa daerah yang terancam punah saat ini adalah Bahasa Bacan. Oleh karena itu, kegiatan revitalisasi ini sangat penting agar generasi penerus dapat memahami dan menggunakan kembali bahasa tersebut. Kita tidak ingin bahasa Bacan benar-benar hilang dari penuturnya," ungkap Nukman kepada Halmaherapost pada Kamis, 26 Juni 2025,

Ia menambahkan, Balai Bahasa memberikan apresiasi tinggi kepada Bupati Halmahera Selatan dan Kesultanan Bacan atas dukungan mereka terhadap program ini.

"Dukungan dari pemerintah daerah dan Kesultanan Bacan sangat berarti. Respons positif ini diharapkan dapat melahirkan regulasi, baik dalam bentuk peraturan daerah maupun peraturan bupati, yang secara khusus mengatur perlindungan dan pelestarian bahasa daerah," tambahnya.

Menurut Nukman, kegiatan revitalisasi ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kembali semangat para penutur muda dalam menggunakan bahasa Bacan dalam kehidupan sehari-hari.

"Kami berharap kegiatan ini mampu mendorong generasi muda untuk kembali menggunakan bahasa Bacan di lingkungan mereka masing-masing," ujarnya.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah model klasikal berbasis pewarisan berjenjang. Para maestro bahasa (guru utama) akan memberikan pelatihan kepada guru sejawat, yang selanjutnya akan menularkan pengetahuan tersebut kepada murid-murid mereka.

"Model ini memungkinkan pewarisan bahasa dilakukan secara berjenjang dan sistematis, sehingga proses revitalisasi dapat berjalan lebih efektif," pungkasnya.

Penulis: Din
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga