Industri
Prabowo Resmikan Proyek Baterai di Halmahera Timur, Lapangan Kerja Melimpah

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, meresmikan Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di Tanjung Buli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.
Diketahui, proyek strategis nasional ini merupakan kerja sama antara PT Aneka Tambang (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium perusahaan asal Tiongkok, CBL (Contemporary Amperex Technology Ltd., Brunp, dan Lygend).
Proyek tersebut diperkirakan akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, mencapai 35.000 orang, sekaligus menjadi tonggak penting dalam pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia.
Proyek ini mengusung nilai investasi fantastis sebesar US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 100 triliun. Pada tahap awal, kapasitas produksi baterai yang ditargetkan mencapai 15 GWh, setara dengan 250.000 hingga 300.000 unit baterai kendaraan listrik serta baterai untuk panel surya.
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa proyek ini akan menciptakan efek berganda yang signifikan bagi perekonomian nasional, terutama di wilayah timur Indonesia.
“Proyek ini menghadirkan sinergi strategis. Antam menguasai 51% saham dan menangani sektor hulu, seperti tambang, smelter, dan ekspor. Sisa saham dimiliki oleh CATL, produsen baterai terbesar dunia. Kita punya bahan baku, tapi teknologi belum kita miliki. Maka, kolaborasi dengan China jadi solusi terbaik,” ujar Bahlil.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya hilirisasi sebagai kunci untuk mewujudkan kemakmuran nasional.
“Kunci membangun bangsa adalah mengelola sumber daya alam menjadi bahan bernilai tambah tinggi. Hilirisasi ini sudah menjadi cita-cita sejak Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo. Sekarang saya teruskan dan percepat,” tegasnya.
Prabowo juga menyebut bahwa jika proyek ini berjalan maksimal, Indonesia bisa mencapai swasembada energi dalam lima hingga enam tahun ke depan.
“Laporannya, proyek ini bisa hasilkan 15 GWh. Tapi untuk mandiri penuh, kita butuh 100 GWh. Jadi harus dilipatgandakan, dan saya yakin kita mampu,” tambahnya.
Bahlil menambahkan bahwa proyek ini sudah digagas sejak empat tahun lalu, tetapi sempat mengalami kebuntuan selama tiga tahun terakhir, terutama dalam pembangunan smelter. Hal itu akhirnya bisa teratasi setelah adanya intervensi dari Presiden Prabowo.
“Mineralisasi harus adil bagi semua: pengusaha daerah, masyarakat, dan pemerintah daerah. Tidak semua hasil tambang harus dibawa ke Jakarta. Sesuai arahan Presiden, sebagian produk baterai juga akan diproduksi di dalam negeri,” jelasnya.
Turut hadir dalam acara peresmian tersebut sejumlah pejabat penting, di antaranya: Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, Gubernur Maluku Utara Sherly Laos, Bupati Halmahera Timur Ubaid Yakub, Wakil Bupati Anjas Taher, Sekda Haltim Ricky Chairul Richfat, Perwakilan dari ANTAM, IBC, CBL, serta para mitra lainnya
Proyek ini merupakan bagian dari pengembangan industri baterai terintegrasi dari hulu ke hilir. Enam sub-proyek utama mencakup kegiatan pertambangan nikel, mangan, dan kobalt; pembangunan smelter; pemrosesan bahan baku; hingga produksi baterai kendaraan listrik dan panel surya.
Melalui proyek ini, Indonesia diharapkan mampu memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam industri energi bersih global, serta memperluas kesempatan kerja dan pemerataan ekonomi nasional.
Komentar