Pemerintah
Maluku Utara Mendesak Punya Politeknik Industri, Disperindag Komit Wujudkan Visi Gubernur

Kebutuhan akan Politeknik Industri di Maluku Utara semakin mendesak. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mendorong, kehadiran kampus vokasi yang link and match dengan dunia usaha dan industri agar tidak tertinggal dari daerah lain.
Politeknik industri sejalan visi-misi Gubernur Sherly Laos dan Wakil Gubernur Sarbin Sehe yang menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan penyiapan tenaga kerja.
Sekretaris Disperindag Maluku Utara, M. Ronny Saleh, mengatakan politeknik industri bukan lagi sekadar opsi, melainkan kebutuhan mendasar agar tenaga kerja lokal mampu bersaing dan mengisi ruang kerja di sektor strategis, terutama pertambangan dan industri pengolahan yang tengah berkembang pesat.
“Visi misi Ibu Gubernur jelas, bahwa Maluku Utara harus menyiapkan SDM yang kompeten dan berdaya saing. Politeknik industri adalah instrumen penting untuk mencapai tujuan itu,” kata Ronny dalam Forum Rakor Pengendalian Administrasi Pelaksanaan Pembangunan Wilayah, Rabu 10 September 2024, di Bela Hotel.
Ronny mencontohkan langkah Kementerian Perindustrian yang telah membangun empat politeknik baru, termasuk Politeknik Industri Logam di Morowali, Sulawesi Tengah, yang terbukti mampu mencetak tenaga kerja sesuai kebutuhan industri nikel. Menurutnya, Maluku Utara sebagai salah satu pusat industri logam di Indonesia layak mendapatkan perlakuan serupa.
“Bayangkan kalau kita punya politeknik sendiri, anak-anak Maluku Utara tidak perlu lagi jauh-jauh keluar daerah hanya untuk mendapatkan pendidikan vokasi yang berkualitas. Ini sangat sejalan dengan visi misi Gubernur Sherly,” tegas Ronny.
Urgensi itu sebelumnya telah ditegaskan Gubernur Sherly dalam dialognya bersama siswa di Jailolo, Senin 8 September 2025. Ia menyatakan keprihatinannya karena pendidikan vokasi di Maluku Utara masih minim keterampilan nyata.
“Masa sekolah vokasi hanya bisa menyalakan dan mematikan komputer? Harus ada keterampilan riil yang benar-benar dipelajari,” tegas Sherly.
Ia menambahkan, SMK dan pendidikan vokasi harus diarahkan sesuai permintaan pasar tenaga kerja.
“Apa yang dibutuhkan industri, itu yang harus dipersiapkan sekolah. Anak-anak SMK harus memiliki bekal yang relevan, bukan sekadar teori,” lanjutnya.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mendorong sinergi dengan kementerian terkait agar pembangunan politeknik industri di Maluku Utara dapat segera terwujud.
Kehadirannya diharapkan menjadi motor percepatan transformasi SDM, sekaligus menjawab kebutuhan dunia industri yang terus berkembang di daerah ini.
Komentar