Hasil Tangkapan Melimpah Setelah Paceklik, Nelayan Wayabula Morotai Pilih Pasar Tobelo-Ternate

Nelayan Desa Wayabula, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Pulau Morotai saat merapikan hasil tangkapan ikan tongkol. Foto : Ris

Nelayan Desa Wayabula, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Pulau Morotai, akhirnya bisa bernapas lega. Setelah hampir enam bulan mengalami paceklik, total tangkapan ikan tongkol dalam dua hari terakhir mencapai enam ton.

Armada jaring berukuran 12 meter melaut ke perairan di antara Desa Tutuhu dan Desa Cio Dalam (Seki). Hasilnya membuat para nelayan terkejut karena jumlah ikan yang masuk ke jaring jauh lebih banyak dibanding biasanya.

Jalil, salah satu warga yang berhasil mengumpulkan hingga dua ton ikan, menceritakan pengalaman itu kepada halmaherapost.com, Minggu, 23 November 2025.

“Ikan yang masuk ke jaring sangat banyak sampai jaring kami sobek. Banyak ikan keluar, tapi kami masih mendapatkan sekitar dua ton,” ujar Jalil.

Ia menambahkan, pelampung dan cincin jaring tidak mampu menahan tekanan ikan yang berat, sehingga sebagian ikan keluar dan diambil perahu nelayan lain.

“Ikan yang keluar saja, dua perahu bisa mendapatkan satu sampai dua ton,” tambahnya.

Sementara itu, Wandi, salah satu pengepul (dibo-dibo) di Wayabula, mengatakan harga beli ikan masih relatif baik.

“Kemarin kami membeli 3.000 sampai 3.500 per ekor. Dari beberapa perahu yang masuk, kami ambil sekitar enam ribu ekor,” kata Wandi.

Ikan-ikan tersebut kemudian dijual ke Tobelo menggunakan perahu (bodi) melalui Desa Kampung Baru di Galela, sebelum diangkut menggunakan mobil.

“Alhamdulillah, harga masih bagus, bisa menutupi kerugian sebelumnya. Semoga harga tongkol di Wayabula tetap stabil. Di cold storage Desa Tiley Pantai, harganya murah, cuma Rp7.000 per kilo, dengan ukuran sedang 4–5 ekor dan yang besar 2–3 ekor,” jelasnya.

Meski begitu, Wandi menyebut kondisi nelayan masih rentan karena biaya operasional terus meningkat.

“Kasihan nelayan dan pemilik giop (perahu jaring), rugi di minyak dan ongkos. Kami berharap pemerintah daerah maupun provinsi memperhatikan dan menetapkan harga yang tidak merugikan nelayan, apalagi akses ke Tobelo dan Ternate cukup sulit,” ujarnya.

Ia menambahkan, pihaknya tetap menjaga hubungan baik dengan nelayan meskipun harga pasar tidak menentu.

“Kalau pasar di Tobelo dan Ternate tidak stabil, lebih baik kami jual di Morotai atau Loloda Utara. Yang paling ditakutkan ikan rusak karena pengemasan,” tambahnya.

Wandi juga menyoroti masalah es balok yang sulit didapat di Wayabula.

“Es di sini kami beli dari warga. Kalau lampu padam, kami kesulitan mendapatkan es. Padahal ada penampung es di Wayabula, tetapi sampai sekarang belum dimanfaatkan pemerintah desa,” tutupnya.

Penulis: Ris
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga