Kunker

Melihat Sherly Kembali ke Morotai sebagai Gubernur

Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos saat pose bersama warga Morotai saat kunjungan kerja di Desa Buho-Buho. Foto: Irin

Sherly Laos kembali ke Morotai pada Kamis, 11 Desember 2025, untuk pertama kalinya sebagai Gubernur Maluku Utara, disambut hangat oleh warga yang telah menantikan kehadirannya.

Pagi itu, Morotai seperti mengambil napas yang lebih panjang dari biasanya. Angin pesisir membawa aroma laut, bercampur dengan antusiasme masyarakat yang sudah berkumpul sejak matahari naik. Bagi banyak warga, kehadiran Sherly bukan hanya agenda resmi, melainkan momen yang membangkitkan kembali kenangan akan sosok almarhum Benny Laos—suaminya sekaligus Bupati Morotai 2017–2022—yang begitu dicintai.

Ketika Sherly turun dari kendaraan dinasnya, suasana berubah hangat, seperti keluarga besar yang menyambut seorang saudara yang lama pergi.

Menjawab Harapan di Tengah Kepulauan

Kunjungan perdana ini langsung diisi dengan agenda pelayanan masyarakat. Dengan langkah cepat namun tenang, Sherly mendatangi lokasi Gerakan Pangan Murah (GPM) di Morotai Timur dan Pulau Rao. Warga berbaris rapi memilih beras, minyak goreng, dan kebutuhan pokok lain yang dijual lebih murah menjelang Natal dan Tahun Baru.

Seorang ibu di barisan depan berkata pelan, “Kalau begini, kita bisa atur untuk Natal,” sambil menahan senyum. Di momen itu, Sherly kembali melihat bahwa stabilitas harga pangan di wilayah kepulauan bukan sekadar program, melainkan kebutuhan pokok yang menyentuh kehidupan banyak keluarga.

Selain GPM, bantuan sarana usaha untuk nelayan dan koperasi turut diserahkan. Di Morotai—pulau yang hidup dari laut—bantuan semacam ini bukan simbol seremonial. Ia adalah harapan untuk mesin perahu yang kembali menyala, jaring yang kembali ditebar, dan dapur keluarga yang kembali berasap.

Persatuan Sebagai Titik Awal

Saat berbicara di hadapan warga, Sherly memilih kata-kata yang lugas.

“Persatuan adalah kunci. Pembangunan inklusif tanpa diskriminasi lahir dari persatuan. Karena itu, perbedaan politik harus kita akhiri secara total.”

Pernyataan itu mengalun tegas, menjadi ajakan untuk kembali ke ruang bersama di mana warga Maluku Utara bisa saling percaya. Di Morotai, tempat yang pernah menjadi rumah politik bagi suaminya, pesan itu terasa kuat dan menyentuh.

Di Gereja Buho-buho, Suasana Haru Itu Pecah

Sore hari, Sherly menghadiri Pentahbisan Gereja GMIH Eben Haezer di Desa Buho-buho. Jemaat memenuhi ruangan, sementara pohon Natal berdiri sederhana di sudut. Di tengah ibadah, Sherly mengajak masyarakat merenungkan tema Natal tahun ini: “Allah hadir untuk menyelamatkan keluarga.”

“Perbaiki hubungan keluarga, saling memaafkan, supaya rezeki datang,” ujarnya. Sejumlah jemaat menunduk pelan, masing-masing seperti berbicara dengan hatinya sendiri.

Ketika warga menyebut bahwa mereka banyak belajar dari keteladanan almarhum Benny Laos, keharuan tampak tak dapat disembunyikan. Sherly terdiam sejenak, lalu berkata lirih:

“Saya ucapkan terima kasih. Jika ada jemaat atau warga yang terinspirasi oleh almarhum dan mempraktikkan keteladanannya, semoga terberkati.”

Morotai, Rumah yang Tidak Pernah Hilang

Hari itu, Morotai tidak hanya menyambut seorang gubernur. Ia menyambut seorang perempuan yang kembali dengan amanah yang lebih besar, namun tetap membawa ikatan emosional yang kuat dengan pulau ini.

Pada kunjungan perdana ini, Sherly Laos hadir bukan sekadar sebagai kepala daerah, melainkan sebagai bagian dari cerita panjang Morotai—cerita tentang kehilangan, harapan, keluarga, persatuan, dan upaya membangun kembali.

Penulis: Qal
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga