Pemerintah
Wakil Bupati Halmahera Selatan Kunjungi Pengungsian, Siapkan Takjil untuk Warga Terdampak Banjir

Wakil Bupati Halmahera Selatan, Helmi Umar Muchsin, bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengunjungi kamp pengungsian di Desa Rawabadak, Amasing, Kota Utara, untuk memastikan kebutuhan dasar warga terdampak banjir, termasuk makanan, tempat tidur, obat-obatan, dan penerangan.
Warga Amasing, Kota Utara, terpaksa menggunakan bangunan SMP Negeri 1 dan SDN 12 Halmahera Selatan sebagai tempat pengungsian sementara hingga kondisi banjir surut dan dinyatakan aman oleh Pemerintah Daerah.
Dalam kunjungannya ke kamp pengungsian, Wabup Helmi melakukan dialog dengan warga terdampak untuk memastikan kesiapan mereka selama masa pengungsian. Warga menyampaikan perhatian terkait kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tidur, serta ketersediaan obat-obatan. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi orang nomor dua di Halsel itu.
Selain kebutuhan utama seperti makanan, tempat tidur, dan obat-obatan, penerangan juga menjadi hal yang sangat penting di kamp pengungsian. Wabup Helmi juga mengingatkan bahwa selain orang dewasa, balita dan anak-anak juga turut mengungsi di kamp tersebut.
"Pak Bupati sudah memerintahkan semua OPD untuk turun langsung membantu warga yang terdampak banjir. Untuk OPD seperti BPBD, PUPR, dan Dinkes Halsel, mereka menjadi garda terdepan karena di antara para pengungsi banyak terdapat anak-anak, balita, dan lansia," ungkap Wakil Bupati Helmi, Sabtu, 22 Maret 2025.
Selain itu, Wakil Bupati juga menyiapkan takjil untuk buka puasa bagi warga yang masih berada di kamp pengungsian.
Wakil Bupati Halmahera Selatan itu juga meminta agar warga tetap berada di kamp pengungsian hingga kondisi cuaca benar-benar membaik.
"Dikhawatirkan akan ada banjir susulan jika hujan terus turun. Oleh karena itu, kami meminta warga untuk tetap berada di kamp pengungsian sampai kondisi cuaca benar-benar membaik dan aman untuk kembali ke rumah," pinta Wakil Bupati Helmi.
Terpisah, Tokoh Agama Amasing, Kota Utara, Husen Radjaloa, yang juga hadir dalam pertemuan dengan Wakil Bupati, menjelaskan bahwa air mulai meluap pada pukul 06.00 WIT, dimulai dari Sungai Paisu Matina, yang sering disebut oleh warga setempat sebagai "Air Mati."
"Pada pukul 06.00 pagi, air mulai meluap ke pemukiman warga melalui Sungai Mati dari Desa Amasing Kali. Tepat pada pukul 09.00 pagi tadi, warga sudah mulai mengungsi karena air sudah setinggi lutut orang dewasa. Bahkan, sebagian warga menggunakan perahu kayu untuk mengangkut barang-barang seadanya ke tempat pengungsian," tutur Imam Rawabadak, Husen Radjaloa, saat berdiskusi dengan Wakil Bupati Helmi Umar Muchsin.
Komentar