Perikanan
Ternyata, Segini Anggaran Festival Nyao Fufu yang Cetak Rekor MURI

Festival Nyao Fufu memang sukses menorehkan Rekor MURI sebagai ajang pengasapan ikan terbanyak di Indonesia. Namun, di balik kemeriahan tersebut, publik bertanya-tanya: berapa besar anggaran negara yang digunakan untuk festival ini, dan dari mana saja sumber dananya?
Penelusuran HalmaheraPost menunjukkan, kegiatan yang digelar di Pantai Dufa-Dufa, Kota Ternate, Senin 6 Oktobet 2025, kemarin menelan dana sekitar setengah miliar rupiah yang bersumber dari dua lembaga: Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku Utara dan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXI Malut.
Festival yang menjadi bagian dari perayaan HUT ke-26 Provinsi Maluku Utara ini dibiayai oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Malut) melalui APBD Induk 2025 sebesar Rp 400 juta, serta tambahan dukungan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXI Malut sebesar Rp 115 juta. Selain itu, terdapat juga dukungan dan partisipasi masyarakat.
Kepala DKP Malut, Fauji Momole, mengatakan penyelenggaraan festival tahun ini mendapat perhatian khusus karena beririsan dengan momentum HUT provinsi.
“Festival ini menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun Provinsi Maluku Utara. Dengan anggaran yang terbatas, kami maksimalkan seluruh kebutuhan teknis di lapangan,” ujarnya.
Menurut Fauji, belanja ikan diambil dari anggaran Rp 400 juta tersebut, namun pelaksanaan kegiatan juga melibatkan nelayan lokal sebagai bentuk kolaborasi dan partisipasi masyarakat pesisir.
“Sebagian ikan kami siapkan dari anggaran, sebagian lagi disuplai oleh nelayan. Ini bentuk gotong royong dalam memeriahkan HUT provinsi,” tambahnya.
Berdasarkan data yang dihimpun halmaherapost, pengeluaran anggaran DKP direalisasikan bertahap: Rp 200 juta (26 September), Rp 100 juta (1 Oktober), dan Rp 71,85 juta (6 Oktober) untuk kebutuhan teknis dan konsumsi, dengan sisanya untuk pajak.
Dukungan BPK Wilayah XXI dan Rekor MURI
Sementara itu, BPK Wilayah XXI Maluku Utara turut memberikan dukungan berupa pendampingan kegiatan kebudayaan dan bantuan dana Rp 115 juta.
Kepala BPK Wilayah XXI, Winarto, S.S., menjelaskan pihaknya mendampingi beberapa agenda budaya, seperti sarasehan kebudayaan dan workshop Tuala Lipa, yang menjadi bagian dari rangkaian festival.
“Kami mendukung dari sisi kebudayaan, bukan teknis. Untuk kegiatan pengasapan ikan dan rekor MURI itu sepenuhnya tanggung jawab panitia,” ujarnya.
Dukungan pendanaan BPK, kata Winarto, diberikan berdasarkan proposal panitia dan sesuai program pelestarian budaya yang menjadi agenda lembaganya.
“Untuk jumlah pasti bantuan bisa dikonfirmasi ke bagian keuangan. Tapi kami pastikan dukungan itu untuk kegiatan budaya,” tambahnya.
Kepala Subbagian Umum BPK Wilayah XXI, Iwaulini, membenarkan besaran bantuan senilai Rp 115 juta untuk festival tersebut.
“Kami hanya fokus pada kegiatan kebudayaan, sementara penggunaan dana dikelola oleh panitia,” kata Iwaulini.
Festival Nyao Fufu tahun ini berhasil menarik perhatian publik dan mencatatkan Rekor MURI berkat partisipasi ribuan warga dan nelayan lokal yang ikut mengasapi ikan secara massal di pantai Dufa-Dufa.
“Dengan anggaran setengah miliar, Festival Nyao Fufu tidak hanya jadi ajang kuliner dan budaya, tapi juga mengangkat nama Maluku Utara di tingkat nasional,” tutup Fauji.
Komentar