Dampak Covid-19

Morotai, Bali Baru Indonesia yang Terancam Tumbang

Nelayan mengemudikan peruhu melintasi Pulau Galo-galo Kecil, Kabupaten Pulau Morotai, yang pernah menjadi tempat menginap Grup Band Slank || Fotografer: Layank/Hpost

Daruba, Hpost - Pendemi Covid-19 membuat pariwisata Morotai yang masuk dalam salah satu Bali Indonesia, terancam tumbang karena belasan bidang usaha di sektor pariwisata ditutup. Akibatnya ratusan pekerja terpaksa di-PHK dan dirumahkan, tak terkecuali lima proyek pembangunan fasilitas juga ikut terhambat.

“Untuk kerugian sendiri belum bisa diprediksi. Tetapi yang jelas banyak pegawai yang dirumahkan dan di-PHK karena 13 bidang usaha terdampak Covid-19," ungkap Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai Ida Arsad, kepada Halmaherapost.com, Sabtu 30 Mei 2020.

Ida Arsad memaparkan, 13 bidang usaha sektor pariwisata yang terdampak Covid-19, yakni rumah makan dan kuliner, diving Morotai, usaha rental angkutan wisata, usaha galeri, pokdarwis, home stay, pengelolaan museum, pengelolaan kawasan, hotel, sanggar, spa, dan usaha salon serta restoran.

Pertigaan alun-alun kota Daruba, Morotai || Foto: Layank/Hpost

Dari pantauan Halmaherapost.com, sejak ditetapkan Lock Steril oleh Pemerintah Kabupaten, beberapa tempat seperti kuliner yang biasanya ramai di saat libur lebaran terpaksa ditutup total akibat Covid-19. Warung kuliner seperti air goraka (jahe) di emperan kawasan waterfront city dan warung ikan bakar di taman alun-alun kota Morotai juga mengalami hal yang sama.

Ida merinci, kondisi tersebut mengakibatkan sekitar 110 lebih karyawan yang di-PHK dan dirumahkan akibat Covid1-19. Saat ini pihaknya, memverifikasi 1276 pekerja di sektor pariwisata.

Mereka yang terdampak dan sudah terverifikasi, tambah Ida, telah mendapatkan insentif sebesar Rp300.000 dari Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Utara.

“Sisanya, sementara diverifikasi ulang semua usaha yang bergerak di sektor wisata, baik pemilik maupun karyawan,” jelasnya.

Salah satu wisatawan yang mengabadikan foto di Pantai Tanjung Gorongo, Kecamatan Morotai Utara || Foto: Layank/Hpost

Ida juga memaparkan, lima pembangunan fasilitas pendukung terhambat yakni plaza pusat jajanan/kuliner Dodola, senilai Rp360,250,000. Pembangunan jalan internal (Roadwark) dengan anggaran Rp1,185,900.000. Pembangunan Risen Information Center (TIC) sebesar Rp505,500.000. Pembagunan dive center dan peralatannya sebesar Rp. 954,758,000, dan pembangunan plaza pusat jajanan/kuliner Bangsaha dengan anggaran sebesar Rp598,890,000.

"Pembangunan itu terhambat kemarin pemberlakuan Lock Steril. Ini sudah tentu berpengaruh terhadap tahap awal kerja dari pihak ketiga yang menggunakan tenaga kerja dari luar daerah,” katanya.

Oleh karena itu, Ida berharap, pihak ketiga segera mendatangkan pekerja saat dimulainya pembukaan akses transportasi pada 3 Juni 2020.

“Memang tenaga kerja dari Morotai juga ada tetapi mungkin ada tenaga kerja spesifikasi khusus itu diambil dari luar Morotai.”

"Saya berharap walaupun dalam kondisi covid-19 tapi akses transportasi tetap dibuka sehingga aktivitas ekonomi masyarakat juga bisa jalan. Saat ini barang-barang semua naik karena transportasi masih ditutup," pungkasnya

Kawasan waterfront city, sebelum Pandemi covid-19 || Foto: Jin/Hpost

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai meluncurkan agenda pariwisata nasional Festival Morotai tahun 2020 di Landmark Kota Ternate, Maluku Utara. Namun akibat pandemi, sejumlah Calender Of Event Fastival Morotai terpaksa ditiadakan, setelah pemerintah menetapkan status darurat nasional melawan covid-19.

“Kegiatan Festival Morotai 2020 seluruh anggaran kegiatan semuanya sudah di alihkan ke Covid-19 kegiatan Pariwisata itu, Pentas seni budaya musik, kemudian festival Morotai, dan tahun baru,” pungkasnya

Penulis: Jin
Editor: Red

Baca Juga