Covid-19
Kasus Positif Corona Meledak 78,98 Persen, Pemda Dinilai Gagal
Ternate, Hpost - Kasus positif Covid-19 atau Corona Virus Disease di Maluku Utara, pada Selasa 30 Juni 2020, bertambah 9 pasien menjadi 728 orang. Dengan demikian, dalam kurun waktu 1-30 Juni 2020, penambahan kasus di Maluku Utara meningkat 78,98 persen atau 575 pasien.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Malut, dr. Alwia Assagaf mengungkapkan, kesembilan pasien tersebut berasal dari Kabupaten Halmahera Utara 6 orang, Kota Ternate 2 orang, dan Halmahera Barat 1 orang.
Penambahan ini membuat Ternate mengoleksi total 365 kasus, Kota Tidore Kepulauan 130 kasus, Halut 109 kasus, Halmahera Selatan 35 kasus, Pulau Morotai 27 kasus, dan Halmahera Barat 24 kasus. Disusul Kepulauan Sula 18 kasus, Halmahera Timur 13 kasus, dan Halmahera Tengah 7 kasus. Sementara Pulau Taliabu masih 0 kasus.
Di sisi lain, dua pasien dinyatakan sembuh hari ini, yakni pasien asal Halsel berinisial F dan pasien asal Tikep berinisial H.
“Sehingga angka pasien sembuh sampai hari ini 105 orang, sementara pasien meninggal akibat Covid-19 tetap 31 orang,” tukas Alwia.
Sementara itu, akademisi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ridwan Yamko menilai peningkatan kasus positif di Ternate merupakan bentuk kegagalan Pemerintah Daerah melakukan penanganan Covid-19. Menurut Ridwan, rapid test tidak lagi efektif dipakai lantaran tidak dapat memastikan apakah seseorang terpapar corona atau tidak.
“Ternate ini sangat terlambat dalam melakukan pemeriksaan swab test karena keterbatasan alat. Sementara 70 persen penularan Covid-19 di Ternate merupakan transmisi lokal,” tuturnya kepada Halmaherapost.com.
“Rapid test itu sungguh tidak efektif dilakukan, karena itu pendeteksi imun. Orang yang reaktif belum tentu positif.”
Ridwan bilang, khusus di Ternate, gugus tugas tingkat bawah tak lagi berfungsi.
"Meskipun sudah melakukan sosialisasi namun sosialisasi tidak punya nilai ukur, karena tidak efektif. Polres memang sudah melakukan patroli tapi lagi-lagi tidak ada instrumen untuk mengukur efektivitasnya," kata dia.
Ridwan juga menyoroti karantina mandiri yang dilakukan pasien di rumah. Pasalnya, untuk menerapkan karantina mandiri harus ada pengawasan ketat Gugus Tugas.
"Hal ini tidak maksimal dilakukan. Kita butuh semua elemen harus bergerak, aktifkan semua gugus tugas kelurahan," jelas Ridwan.
Dia menegaskan, Pemerintah Kota tak punya pilihan lain selain memiliki alat swab test sendiri. Tujuannya adalah memutus mata rantai Covid-19.
"Agar maksimal Ternate harus punya alat swab sendiri, dan mengarahkan semua petugas di kelurahan agar lebih efektif," tandasnya.
Komentar