Ekspedisi

PakaTiva Gelar Ekspedisi Maluku dan Festival Kampung Pulau

Anak-anak Desa Samo berlatih cakalele menyambut peserta Festival Kampung Pulau. (foto: Istimewa)

TERNATE, Hpost - Perkumpulan PakaTiva dan EcoNusa Indonesia, berkolaborasi menggelar ekspedisi dan Festival Kampung Pulau.

Ekspedisi Maluku telah dimulai dengan titik start dari Papua Barat, selanjutnya ke Maluku Utara dan Maluku. Sementara Festival Kampong Pulau dilaksanakan di 5 desa di Gane Barat dan Kayoa Halmahera Selatan. Desa desa itu masing-masing Desa Gane Dalam, Desa Samo, Desa Posiposi, Desa Gumira dan Desa Pasir Putih Kayoa.

Di Maluku Utara, tim ekspedisi Maluku menyinggahi kampung-kampung yang menggelar festival, juga ada agenda lain di beberapa pulau seperti Pulau Sali di Bacan, Makian, Pulau Tidore dan Ternate.

Lembaga EcoNusa Indonesia yang berbasis di Papua, telah memulai ekspedis sejak 22 Oktober dan berakhir 15 November nanti. Ekspedisi ini mengangkat tema Beradat Jaga Hutan Beradat Jaga Laut, Bakudukung Jaga Alam Maluku. Sementara untuk Festival Kampung mengangkat Tema Jaga Adat dan Budaya untuk Alam yang Lestari.

Turut serta pada ekspedisi kali ini, tim PakaTiva memiliki tiga rute perjalanan. Yaitu rute1, 22 Oktober hingga 3 November (13 hari). Antara lain, Sorong-Ternate dengan rute II dari 3 hingga 6 November (3 Hari) transit Ternate-Tulehu.

Rute III, 6-18 November (12 Hari) : Tulehu- Kepualauan Banda. Ekspedisi ini menggunakan kapal Phinisi wisata bernama Kurabesi.

"Kampung-kampung yang disinggahi tim ekspedisi, juga menggelar Festival Kampong Pulau. Yakni Desa Gane Dalam, Desa Samo, Desa Posiposi, Desa Gumira dan Desa Pasir Putih Kayoa," jelas Penanggungjawab Festival Kampung Pulau, Zavira Daeng Barang.

Pada agenda ini, ada beragam atraksi budaya dan tradisi. Dari menanam dan mengolah pangan, hingga berbagai adat dan tradisi menjaga alam. Selain ada festival kampung, juga dilakukan penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan gratis.

Di Pulau Sali dan Samsuma Makean, akan digelar penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis. Di Pulau Tidore, tim ekspedisi akan dijamu oleh pihak Kesultanan Tidore, dengan suguhan kuliner tradisional Kedaton.

Tim juga akan mengunjungi kampung ekologi Kalaodi, Tidore Timur. Di sana, mereka akan menggelar penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis. Setelah itu, tim ekspedisi akan diterima oleh struktur adat Kalaodi.

Sementara di Ternate, tim ekspedisi akan mengikuti kegiatan jelajah pusaka Ternate, sebagai bagian dari cara tim ekspedisi menelusuri sejarah rempah di Ternate. Tim akan disuguhi berbagai kuliner khas Ternate, dilanjutkan jelajah benteng yang berakhir di Benteng Kastela.

"Setelah dua hari di Ternate, tim ekspedisi selanjutnya menuju Tulehu dan Banda di Maluku. Kegiatan ini juga melibatkan videographer dan media dari Jakarta serta Maluku Utara," jelas Zavira.

Direktur Eksutif Econusa Bustar Maitar, yang ikut dalam ekspedisi ini menjelaskan, ia bersama timnya telah memulai perjalanan ke dua menjangkau kampung-kampung terpencil di pesisir serta pulau-pulau kecil di Papua Barat.

"Perjalanan pertama telah kami lakukan di September, yang menyusuri kampung-kampung pesisir dan pulau di Sorong dan Raja Ampat selama 15 hari. Misinya, saling memberikan dukungan dan semangat bersama masyarakat akibat dampak covid-19. Yang mana bukan saja tentang virus yang menakutkan itu, tetapi ada dampak lain yang ditimbulkan. Terutama ekonomi dan ancaman ketahanan pangan,” jelas Bustar.

Misi perjalanan kedua ini, akan lebih banyak terfokus di Maluku Utara dan Maluku, dengan pulau-pulau kecil. Sebagian dari kampung-kampung terpencil, yang mungkin paling terpencil di wilayah ini. Sebagian diantaranya kampung-kampung yang wilayah hutannya paling terancam, karena ekspansi pembukaan perkebunan skala besar dan tambang.

"Kami berangkat dari Sorong Papua Barat, menggunakan kapal kayu tradisional bernama Kurabesi, yang memiliki fasilitas memadai untuk mendukung misi kami. Tim terdiri dari sukarelawan sebanyak 22 orang, terdiri dari 2 dokter, 2 perawat, 4 ahli pertanian, 4 ahli dokumentasi, 8 orang relawan logistik dan 2 pendukung administrasi dibantu 11 crew kapal yang professional," jelasnya.

Dia bilang, saat orang lain sibuk bekerja dari rumah, atau sibuk seminar online dan hal-hal sejenisnya. Anak-anak muda ini berani terjun dalam resiko terpapar covid-19, virus yang paling ditakuti saat ini.

Banyak orang diluar sana, terutama yang jauh dari fasilitas kesehatan atau fasilitas pendukung lainnya membutuhkan sentuhan. Mereka adalah kelompok rentan, yang perlu mendapatkan dukungan. Walaupun jauh dari kerumunan virus, tetapi sekali terpapar taruhannya nyawa sekampung karena minim fasilitas.

Covid-19 juga berdampak signifikan terhadap kondisi ekonomi. Warga tidak bisa leluasa menjual hasil-hasil produksi mareka. Bahkan, di beberapa tempat aktivitas penghancuran hutan oleh perusahaan besar terus berlangsung.

Perjalanan ini juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Semua tim yang ikut serta harus melakukan SWAB sebelum ikut serta, dan menjalankan protokol sangat ketat ketika berinteraksi sesama tim dan masyarakat.

"Kami juga membawa kurang lebih 8 ton barang sarana produksi pertanian, obat-obatan, masker kain yang sebagain diproduksi oleh kelompok ibu-ibu di Maluku dan Papua.

Alat pelindung diri lengkap untuk tenaga medis, yang akan diberikan ke puskesmas, materi sosialisasi terkait covid-19 dan alat tes cepat covid-19. Semua barang merupakan donasi masyarakat umum, dan organisasi baik di Indonesia maupun dari luar negeri,” imbuhnya.

Selain memberikan dukungan kepada masyarakat terkait dampak covid-19, memperkuat ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi masyarakat lokal. Yakni melakukan pemantauan terhadap situasi hutan.

"Kami mendokumentasikan kearifan masyarakat, hidup berdampaingan dengan alam tanpa saling merusak, baik hutan maupun laut," imbuhnya.

Perjalanannya kurang lebih 28 hari, menyinggahi 25 kampung serta melintasi jalur laut sepanjang kurang lebih 2000 kilometer.

Penulis:

Baca Juga