Pendidikan
Wali Kota: Proses Belajar Mengajar Tatap Muka Tetap Dilakukan, Ini Tanggapan Orang Tua Murid
Ternate, Hpost - Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Ternate, baru-baru ini mengubah warna zona wilayah terkait penyebaran Covid-19. Yakni dari zona hijau ke zona oranye, lantaran terdapat penambahan pasien terpapar.
Alhasil, proses belajar mengajar tatap muka yang sebelumnya disepakati Pemerintah Kota (Pemkot) bersama Dinas Pendidikan Kota Ternate, disinyalir dibatalkan.
Namun, berbeda dengan pernyataan Wali Kota Ternate Burhan Abdurahman. Yang mengatakan, proses belajar mengajar tatap muka tetap dilakukan.
Menurutnya, sesuai dengan rapat bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate dan Satgas Covid-19 Kota Ternate, bersepakat sekolah tetap di buka, namun bersifat simulasi.
"Jadi sekolah kita tidak buka sepenuhnya, saya tawarkan satu kelas hanya 10 orang siswa tentunya dikasih jarak 3 sampai 4 meter, atau penerapan protokol kesehatan ketat," ungkapnya saat dijumpai usai menghadiri Rapat Paripurna di Kantor DPRD Kota Ternate, Selasa 24 November 2020.
10 orang murid dalam satu kelas, sambung Wali Kota, akan lebih gampang dipantau pergerakan dan perkembangan siswa dengan baik.
"Kalau perkembangannya baik, baru kita bisa naikkan jumlah siswa, misalnya naik 15 orang siswa," katanya.
Dari laporan yang diterima, selama simulasi belajar mengajar tatap muka beberapa waktu lalu, sejumlah orang tua murid yang menunggu anaknya hingga pulang, tidak gunakan masker. Sehingga dengan adanya hal itu, akhirnya orang tua diminta untuk meninggalkan sekolah.
"Ada orang tua murid yang terlalu lama dalam sekolah, hingga membuat kerumunan. Jadi kalau orang tuanya melawan dan tidak mau pulang, anaknya diminta pulang bersama orang tuanya" imbuhnya.
Terpisah, salah satu orang tua siswa, Nita Soleman saat diwawancara mengaku sangat prihatin dengan kondisi anak, yang terlalu lama dirumah dan tidak melakukan kegiatan sekolah layaknya normal.
Meski pandemi, semestinya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan harus tegas memberikan instruksi terkait proses belajar mengajar tatap muka, karena meski belajar via daring atau luring, dinilai tidak efektif.
"Banyak kesulitan yang dialami anak-anak, seperti tidak paham terhadap pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan guru," keluhnya.
Menurutnya, sekolah segera dibuka. Jika sekolah kembali ditutup, lalu bagaimana dengan pusat perbelanjaan, pasar, mall, tempat umum lainnya, dan juga pesta pernikahan yang berpotensi menimbulakan kerumunan.
"Apa itu tidak berpotensi menimbulkan kluster baru? Artinya, sekolah juga sudah layak dibuka," pinta Nita.
Hal senada diungkapkan Opie Novianti, orang tua murid lainnya. Dikatakan, simulasi bagi murid yang melakukan aktivitas belajar disekolah, yang sudah berjalan satu minggu ini sudah sangat baik, karena bisa menerima pelajaran langsung dari guru.
"Selama pandemi ini, anak saya hanya belajar dari rumah dan itu dianggap tidak efektif, karena guru hanya memberikan tugas melalui WhatsApp tanpa diberi penjelasan, maka hal ini membuat anak-anak yang belajar dari rumah, bukan mengerti pelajaran yang diberikan, melainkan bingung," paparnya.
Selaku orang tua, yang beraktifitas setiap hari juga bingung dalam mengontrol anak-anak dirumah. Jika guru sudah memberikan tugas melalui WhatsApp, terpaksa harus menunggu anak selesai mengerjakan tugas, baru bisa beraktifitas (kantor-red).
Jika Dinas Pendidikan dan Satgas Covid-19 Kota Ternate sudah mengizinkan simulasi atau uji coba siswa belajar disekolah yang saat ini sudah berjalan, maka harus tetap berjalan.
"Siswa sudah dilakukan sistem belajar, dengan shift yang dipastikan tidak melanggar protokol kesehatan, dalam hal ini kerumunan. Kami selaku orang tua, tidak setuju jika anak-anak kami disuruh belajar dari rumah lagi," tandasnya.
Komentar