HIV

Miris, ini Klasifikasi Data Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Halmahera Barat

Workshop Tatalaksana Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Bobanehena, Kecamatan Jailolo, Selasa 1 Desember 2020 || Yad/Hpost

Jailolo, Hpost - HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular, yang hingga detik ini belum ada obat penawarnya. Nah, di Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) sendiri. Penyebaran penyakit tersebut, tergolong fluktuatif.

Buktinya, data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Halbar baru-baru ini memperlihatkan. Pada tahun 2017, penderita HIV/AIDS sebanyak 12 orang. Dengan klasifikasi 5 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Pada tahun 2018, penderita HIV/AIDS mengalami kenaikan sebanyak 19 orang. Dengan klasifikasi 6 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Pada tahun 2019, penderita HIV/AIDS justru turun sebanyak 12 orang. Dengan klasifikasi 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

Sementara ditahun 2020, terhitung November kemarin. Penderita HIV/AIDS kembali turun sebanyak 9 orang, dengan klasifikasi 3 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

Info grafik kasus HIV/AIDS, di Kabupaten Halmahera Barat

Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Halbar, Rahmad Patty, hampir sebagian besar penderita HIV/AIDS merupakan perempuan, berusia produktif 25 sampai 30 tahun keatas.

Mirisnya lagi, perempuan yang terinfeksi didominasi Ibu Rumah Tangga (IRT). Yang mana, penyebaran penyakit tersebut karena perilaku seksual menyimpang, dari pasangan atau suami, yang kerap "jajan" diluar.

"Semua hasil tadi, berdasarkan hasil pemeriksaan awal disetiap Puskesmas di Halbar," katanya saat menghadiri Workshop Tatalaksana Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Penanganan dan Pencegahan Penyebaran HIV/AIDS, di Wisata Rappa Pelangi, Desa Bobanehena, Kecamatan Jailolo, Selasa 1 Desember 2020.

Bagi penderita HIV/AIDS, lanjut Rahmad, langsung diarahkan oleh petugas guna melakukan pemeriksaan, serta pengobatan dan konseling melalui klinik Marimoi di RSUD Jailolo.

Menurutnya, angka penyebaran penyakit ini, ibarat fenomena gunung es. Dimana dari angka tersebut, belum sepenuhnya terkafer oleh Dinas Kesehatan. Bahkan, belum termasuk angka penderita yang meninggal dunia.

Penyebaran penyakit ini juga, kerap menyerang sistem kekebalan tubuh. Sehingga jika kekebalan tubuh hancur, tentunya penderita bisa terserang berbagai penyakit.

Sesi foto bersama peserta Workshop Tatalaksana Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) || Yad/Hpost

"Yang jadi kendala kami juga, kadang penderita juga tidak mau terbuka. Nanti setelah terkonfirmasi barulah memilih untuk berobat," keluhnya.

Terkait dengan upaya pencegahan, ia mengaku tentunya membutuhkan peranan seluruh lapisan masyarkat, dengan menjaga pola hidup sehat terutama setia kepada pasangan, dan menjauhi perilaku seks menyimpang.

"Salah satu bentuk pencegahan yang dilakukan kami ialah, melakukam workshop seperti ini. Yang dilakukan, dengan menghadirkan petugas medis baik tenaga medis tingkat Puskesmas, tenaga dokter dan petugas laboratorium.

Sehingga diharapkan, melalui workshop pelatihan penanganan dan pencegahan penyakit menular ini, dapat diimplementasikan ke tengah-tengah masyarakat, salah satunya sosialiasi terkait pola hidup sehat," pungkasnya.

Penulis: Yad
Editor: Awi

Baca Juga