Arkeologi

Keramik Buatan Cina Ditemukan di Dasar Laut Tidore

Benda-benda kuno yang ditemukan di dasar laut Tidore Kepulauan. Foto: Samsul Hi Laijou/cermat

Tidore, Hpost - Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI) menerjunkan tim riset di Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.

Tim ini bertugas melakukan penelitian terkait situs-situs sejarah bawah laut, seperti kapal karam milik bangsa Eropa di perairan Tikep.

Pada penyelaman pekan lalu, tim menemukan sejumlah artefak yang diduga kuat memiliki ikatan sejarah dengan bangsa-bangsa Eropa dalam pelayaran mengelilingi dunia. Benda-nenda yang ditemukan di antaranya keramik dan guci di Situs Soa Sio dan Situs Tongowai ketika melakukan pekerjaan survei arkeologi bawah air.

Keramik yang yang ditemukan sebanyak tiga jenis dan diketahui merupakan buatan Cina. Benda-benda tersebut berasal dari zaman Kaisar Wanli (1578-1620) dan Kaisar Tian Yi (1621-1628).

Sedangkan guci yang ditemukan diperkirakan berusia 400 tahun, buatan Thailand.

Kepala Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Nia Naelul Hasanah Ridwan kepada wartawan mengatakan, secara garis besar keramik yang ditemukan sebanyak tiga jenis.

“Guci dan keramik ini kita temukan di Pantai Soasio di kedalaman 20 meter dan Pantai Tongowai kedalaman 10 meter,” ucap Nia. Selasa, 30 Maret 2021.

Tak hanya keramik dan guci, ditemukan pula beberapa serpihan kayu yang diduga adalah bangkai kapal.

“Kayu yang diduga bangkai kapal ini akan kami bawa untuk diuji di lab, sehingga kita bisa tahu dari tahun berapa pembuatan kayu ini, dan dari mana kayu ini. Apakah tumbuh di Nusantara ini ataukah negara luar,” ucapnya.

Nia bilang, untuk mendukung Sail Tidore, pihaknya akan menyalurkan banyak bantuan terkait dengan kebutuhan masyarakat dan Kota Tidore. Soal hasil riset ini, selanjutnya akan dibuat galeri foto untuk ditempatkan di museum yang dilengkapi dengan narasi sejarah.

“Keramik dan guci itu nantinya akan ditempatkan di Museum Sonyinge Malige untuk dikelola Pemerintah Daerah Kota Tikep. Pasalnya jika dibiarkan begitu saja, maka artefak-artefak sejarah ini akan rusak karena tidak terurus akibat tidak diketahui banyak orang,” pungkasnya.

Penulis: Samsul Hi Laijou
Editor: Rajif Duchlun

Baca Juga