Kesultanan

Nasehat Sultan Tidore di Balik Kesederhanaan Perayaan 913 Tahun HJT

Suasana perayaan Hari Jadi Tidore yang ke 913 di Kadato Kie Kesultanan Tidore. || Foto: Nurkholis Lamaau/Hpost
Tidore, Hpost – Perayaan Hari Jadi Tidore atau disingkat HJT yang ke – 913 berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya cukup meriah. Kali ini digelar sangat sederhana. COVID-19 menjadi alasan utama.
 
Itu terlihat saat upacara peringatan di Kadato Kie Kesultanan Tidore, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Pulau Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
 
Pagi tadi, Senin 12 April 2021 di lantai dua beranda atau gandaria Kadato Kie, Sultan Tidore ke – 37, Husain Alting Sjah yang duduk di kursi tengah, tampak diapit dua Bobato Kesultanan.
 
Bangku yang sudah ditata di sisi kiri, kanan hingga depan, dipenuhi perangkat adat kesultanan. Mereka terlihat diam mendengar pesan demi pesan yang disampaikan sang sultan.
 
Banyak hal yang disampaikan dalam kesempatan itu. Mulai dari aspek agama, sosial, kemanusiaan, budaya, hingga komitmen dan konsistensi kesultanan terhadap Indonesia.
 
Topik ini sudah menjadi kekhasan sang sultan, ketika menghadiri berbagai pertemuan.
 
Namun kali ini, keinginan agar Maluku Utara menjadi daerah otonomi khusus kembali terucap dari mulut anggota DPD RI daerah pemilihan Maluku Utara itu.
 
Bukan tanpa alasan. Sebab, menurut dia, segala bentuk komitmen untuk Indonesia telah ditunjukkan Kesultanan Tidore.

Sultan Tidore Husain Altin Sjah, didampingi 2 Bobato atau perangkat adat di acara peringatan Hari Jadi Tidore yang ke 913 di Kadato Kie Kesultanan Tidore. || Foto: Nurkholis Lamaau/Hpost

“Bahwa kami tidak pernah menghianati bangsa ini,” tegas Husain di hadapan perangkat adat Kesultanan Tidore.
 
“Bahkan, kita mengajarkan Indonesia tentang apa itu komitmen. Tidore tidak pernah belajar dari Jakarta soal komitmen,” ucap Husain menambahkan.
 
Keinginan menjadikan Maluku Utara sebagai daerah otonomi khusus, bagi dia, adalah hak warga negara dan itu bagian dari cara-cara berdemokrasi.
 
“Tentu bukan dengan mengangkat senjata. Kalau pun tuntutan ini dianggap sparatis, ada kewenangan kita dalam menjaga diri. Ada ajaran dari gosimo (leluhur) kita soal itu,” ujarnya.
 
Maluku Utara dan Tidore pada khsusunya, tidak bisa dianggap kecil. “Banyak negeri – negeri besar yang hancur karena tidak punya komitmen dalam diri,” tandasnya.
 
Dari aspek budaya, kata Husain, wujud kecintaan Tidore terhadap Indonesia bisa disaksikan dengan adat istiadat yang masih dirawat sampai hari ini.
 
“Termasuk menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Di dalamnya jelas. Tidak bertentangan dengan sifat ketuhanan yang maha esa,” tambahnya.
 
Berbicara tentang ketuhanan, menurut dia, jika tak ada Tuhan maka bangsa ini tak akan ada. “Karena pengakuan kita atas keberadaan Tuhan lahir dari batin, maka Tuhan pun ridha atas kemerdekaan bangsa ini,” pungkasnya.
 
Pada poin ke 2 Pancasila; kemanusiaan yang adil dan beradab, kata Husain, siapapun itu. Baik raja, jenderal, kopral, eselon, non eselon, semua sama di mata Tuhan.
 
Yang membedakan, Husain mengutip QS. Al-Hujarat ayat 13; “Inna akromakum indallahi atqokum”.
 
"Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian," kata Husain mengartikan ayat tersebut.
 
“Yang membedakan adalah ketika dia (manusia) bertakwa dan kapan dia menjadi manusia yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya.
Penulis: Red
Editor: Nurkholis Lamaau

Baca Juga