Ramadan

Alkisah Ramadan di Ternate Sejak 1200-an tahun Silam

Mufti Majojo Kesultanan Ternate, Hidayatussalam Sehan (tengah), didampingi Jou ma Ngofa atau pangeran Kesultanan Ternate, Hidayat Mudaffar Sjah, dan Pembina Keluarga Malamo Tarnate, Sukarjan Hirto, dalam buka puasa bersama di Pendopo Kedaton Kesultanan Ternate. || Foto: Nurkholis Lamaau/Hpost

Ternate, Hpost - Tradisi ramadan di Ternate sejak tahun 1200-an, kabata (menyerukan) yang dipakai pada salat tarawih adalah sallualannabi lilmustafa muhammad salallahu alaika ya rasulullah.

Demikian yang disampaikan Mufti Majojo Kesultanan Ternate, Hidayatussalam Sehan, dalam acara buka bersama yang digelar Keluarga Malamo Tarnate (KARAMAT) di Pendopo Kesultanan Ternate, Senin 3 Mei 2021.

Menurut dia, hampir semua masjid yang bernaung di bawah Kesultanan Ternate melafadzkan kabata tersebut.

"Menggunakan kaidah tarawih yang mengagungkan Rasulullah Muhammad SAW. Kenapa? karena ramadan adalah hadiah yang Allah berikan kepada umat Nabi Muhammad SAW," katanya.

Ia berujar, Musa Alaihissalam adalah nabi yang hebat, kuat dan dapat berkata-kata dengan Allah. "Makanya dia diberi gelar Kalimullah, atau orang yang berbicara dengan Allah."

Tapi ketika Musa merasa paling dekat dengan Allah, Allah berkata; “Bukan engkau yang paling dekat denganku ya Musa, tapi umat Rasulullah Muhammad SAW. Di akhir zaman yang aku berikan dua cahaya, yang mana dua cahaya itu bisa hilangkan dua kegelapan. Musa bertanya, cahaya apa itu? cahaya ramadan dan cahaya Alquran. Dua cahaya itu yang bisa menghilangkan kegelapan di dalam kubur dan kegelapan di Yaumul Qiamat."

"Ini luar biasa. Sebuah mahkota kebesaran yang Allah berikan kepada umat Nabi Muhammad SAW," tuturnya.

Bagi Hidayatussalam, secara jujur, nuansa ramadan yang paling terasa berkah hingga khaibatnya, ada di Moloku Kie Raha (4 wilayah Kesultanan yang terdiri dari Jailolo, Bacan, Tidore, Ternate).

"Apalagi di Ternate. Suasana dan kebesaran-kebesaran ibadahnya itu, torang (kami) rasakan di sini," katanya.

"Semua orang dari luar ketika berpuasa di sini, mau dari Jakarta, Makassar, Mekkah, Madina, Yaman, bilang sama saya, luar biasa," tambahnya.

Disebut Hidayatussalam, "Laisa kabakamil ukhra asyiam fi Tarnate; tara (tidak) sama dengan torang (kami) berpuasa di tempat lain. Di Ternate suasananya luar biasa," katanya.

Di masjid-masjid adat, kata dia, rata-rata orang melaksanakan salat tarwih sebanyak 20 rakaat. Dan ditambah 3 salat witir tanpa merasa lelah.

Meskipun pada bulan lain yang bersangkutan tidak pernah terlihat salat dan kerap nongkrong di leger, tapi ketika ramadan, ia menjaga kehormatan agamanya.

"Dia masuk salat tarawih demi kemuliaan ramadan. Ini fael atau sikap orang tua-tua yang diturunkan ke torang," katanya.

Ia juga berpesan, bahwa di balik kemuliaan negeri Moloku Kie Raha, Allah titipkan di Buldan Ternate sebagai Alam ma Kolano. "Allah titipkan amanah di pundak torang semua."

"Torang semua adalah Gam Madihutu yang Allah berikan amanah, bertanggung jawab untuk negeri ini. Maka sudah saatnya torang belajar dari torang pe orang tua-tua. Satu huruf saja," paparnya.

Berkata Hidayatussalam, huruf kamaidi ua, huruf kama dab detes ua, huruf kamaidi ua. "Artinya apa? huruf ikhlas yang harus torang belajar dan Allah ajarkan ini di dalam bulan ramadan," tuturnya.

"Wa ja’alallahu siam tasbitulil tahbas; Dan Allah jadikan puasa ini sebagai pengokoh keikhlasan. Torang harus belajar ikhlas," tandasnya.

"Jika kita ingin Ternate ena kodiho doka sosira (kembali ke asal mula), maka satu yang ingin saya pesankan, kuatkan rasa ikhlas dalam hati," ucap sang Mufti Majojo.

Mulai dari lubuk hati para jo ngofa, bangsa-bangsa, bala kusu se kano-kano, soasio se sangadji, hingga heku se cim.

"Jangan yang lain-lain. Satu saja dulu. Ikhlas. Kalau sudah ikhlas dan torang bertemu, segala kepentingan, dendam, ketersinggungan masa lalu akan terlepas," ucapnya.

Puasa di bulan ramadan, menurut Mufti, mengajarkan keikhlasan. Karena dalam puasa tidak ada unsur riya. "Puasa adalah ibadah yang tidak bisa dipamer," katanya.

Menurut dia, orang masih bisa memamerkan salat, haji, sedekah, dan zakat. "Kalau puasa tara bisa. Puasa hanya antara torang dan Allah SWT," katanya.

"Torang kumur air juga takut. Jangan sampai menelan setetes dan membatalkan puasa. Padahal, kumur kasi masuk air 3 kali, keluarkan 1 kali, tara ada yang tahu. Tapi karena torang golofino jou Allah Taala waro (takut Allah tahu), torang ucap ya Allah, afa (jangan)," bebernya.

Begitu juga saat gambar tak senonoh muncul di layar hp, kita akan segera melakukan scroll. "E afa, ngone puasa madaha ne. Orang bicara aib, undang berkelahi, e afa ngone puasa madaha ne. Ini karena apa? ikhlas," paparnya.

"Fosigoko rukun se tartib, totike sah toma amal madaha. Enage se poha i mampo ikhlas ua. Itu torang punya orang tua-tua pe lefo," kata Hidayatussalam menambahkan.

Bagi dia, Allah tidak membutuhkan banyak gerakan atau ucapan. "Wamaa umiru Illa liya' budullaha mukhlisina lahuddina hunafa a wayuqi mussholata wayu' tuzzakata waza lika dinul qoyyimah," ucap Hidayatussalam mengutip QS. Al Bayyinah ayat 5.

Dalam perihal ikhlas, ia mencontohkan kalimat Bismillah yang diucapkan sebagian tetua di Ternate, saat diminta mengobati orang demam akibat penyakit campak atau sarampa.

"Torang pe orang tua-tua yang tara sekolah, kakinya tara pernah di madrasah, belum sampai ke Baitullah, tapi Bismillahirrahmanirrahim, barakat (mujarab)," katanya.

Perkara ikhlas, kata dia, para tetua di Ternate sangat menjaganya. "Sangat luar biasa dan itu saya buktikan dari lisan orang tua-tua Ternate sejak saya kecil sampai sekarang," akunya.

Di hadapan para tamu undangan yang hadir, kembali Hidayatussalam berpesan bahwa Allah titipkan Buldan Ternate, sesuai dengan apa yang sudah Allah dan Rasul;nya perintahkan.

"Dan itu tertuang dalam adat se atoran, istiadat se kabasarang, cing se cingare, ngale se cara, sere se duniru, sampai dengan yang terakhir bobaso se rasai," terangnya.

Bobaso se rasai, menurut dia, berkaitan dengan ikhlas. "Ma’sum mihal insana illalini sianihi wasumiyal qalbu illalil takallu bihi. Ena ma ronga (namanya) manusia ge karena ma nisyam (sifat) pelupa," katanya.

"Sedangkan wasumiyal qalbu illalil takallu bihi; dan dinamakan hati karena dia (hati) berbolak-balik," katanya menambahkan.

"Makanya, torang pe orang tua-tua kasi turun amalan, zikir, wirid, kabata, supaya kasi pulang torang punya gurumi yang tadi lupa, supaya bisa ingat kembali," jelasnya.

Hidayatussalam pun kembali memberikan spirit, bahwa generasi Ternate hari ini bukanlah turunan orang-orang pengecut dan penghianat.

"Tapi turunan orang-orang saleh, pemberani, dan ikhlas. Karena orang Ternate kalau baku salah, setelah itu baku maaf. Itu yang terjadi," ucapnya.

Bagi dia, jika para tamu undangan yang hadir saat ini tidak saling mengikhlaskan, maka tidak akan duduk secara bersama-sama di Pandopo Kesultanan Ternate.

"Saya sebagai Mufti Majojo yang diamanatkan Jou Almarhum Mudaffar Sjah di akhir 2012, meminta torang semua, KARAMAT, PUSMAT (Pusat Studi Mahasiswa Ternate), untuk berbuat sesuatu yang terbaik di negeri ini," pesannya.

"Karena syubhanul yaom raisul ghad, pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok. Torang harus jaga negeri ini," pungkas Hidayatussalam mengakhiri.

Penulis: Red
Editor: Nurkholis Lamaau

Baca Juga