Infrastruktur

Pemda dan BWS Mulai Seriusi Persoalan Banjir di Halmahera Tengah

Kepala BWS Malut, Bebi Hendrawibawa bersama Wakil Bupati Halmahera Tengah, Abdurahim Odeyani meninjau sungai di Perumahan 50 Desa Wedana. || Foto: Risno Hamisi/JMG

Weda, Hpost – Beberapa wilayah di Halmahera Tengah, Maluku Utara, seakan sudah menjadi langganan banjir. Terutama yang berada di aliran sungai Kobe, Lokulamo, dan Weda.

Ini membuat Pemerintah Daerah Halteng pada Rabu 19 Mei 2021, menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Malut.

Kepala BWS Malut, Bebi Hendrawibawa, mengaku intens bersinergi dengan pemda menanggulangi persoalan tersebut.

Kali Yefetu di Kota Weda yang selalu meluap saat hujan. || Foto: Risno Hamisi/JMG

“Kita tanggulangi secara darurat agar persoalan banjir ini tidak berkepanjangan. Seperti di Desa Wairoro, dan itu sukses,” klaim Bebi kepada wartawan di sela-sela rakor.

Sedangkan untuk di aliran sungai Kobe, ia berharap penangannya dapat dilakukan seperti yang yang terjadi di Wairoro.

Dalam rakor tersebut, BWS turut memboyong akademisi dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Universitas Khairun Ternate.

"Kami libatkan akademisi, harapannya agar bisa mengkaji banjir itu, apakah karena faktor alam atau manusia. Kita mencoba secara komperehensif," katanya.

Sebab menurut dia, data di atas meja terkadang relatif berbeda dengan di lapangan. “Makanya kita mau lihat dari hulu sampai hilir. Penyebab banjir itu apa saja. Nanti dari situ baru solusinya bagaimana,” tuturnya.

Ia mengaku sudah menyampaikan persoalan ini ke Wakil Bupati Halteng, Abdurahim Odeyani, bahwa penanganan secara permanen membutuhkan pembebasan lahan oleh masyarakat.

Kepala BWS Malut, Bebi Hendrawibawa bersama Wakil Bupati Halmahera Tengah, Abdurahim Odeyani meninjau sungai Yefetu. || Foto: Risno Hamisi/JMG

“Jadi masyarakat juga harus mengerti, jangan ingin menghilangkan banjir tapi tidak ada pengorbanan,” tuturnya.

Alasan penanganan harus bersifat menyeluruh karena ada data guna lahan yang harus ditertibkan pemda.

“Apabila ada tanah gundul dan digundulin masyarakat yang notabene hanya buat makan sehari-hari, harus diingatkan supaya kalau tebang pohon, tolong menanam juga. Tebang 1 pohon bisa kembali menanam 10 pohon,” beber Bebi.

Setelah kajian, BWS akan mengajuan proposal ke Dirjen Sumber Daya Air, agar tahun ini atau depan, penanganan fisik secara permanen di sungai Kobe dan sekitarnya bisa segera dilakukan.

“Saya yakin itu bisa diatasi, mohon masyarakat yang terdampak banjir agar bersabar. Karena kami dengan pemda akan bahu-membahu selesaikan masalah ini," pungkasnya.

Wakil Bupati Halteng, Abdurahim Odeyani, mengaku masalah banjir di Sungai Kobe sudah berulang kali terjadi sejak puluhan tahun lalu. “Solusinya ya harus dilakukan aliterasi,” katanya.

"Survei sudah dilakukan dan sketsanya sudah ada. Insya Allah. Ini juga sudah disampaikan ke BWS," kata Imo – sapaan akrab – Abdurahim Odeyani.

Selain itu, sambung dia, dalam waktu dekat pemda juga akan berkoordinasi dengan PT IWIP, untuk ikut membantu melalukan aliterasi terhadap sungai Kobe.

“Agar tidak berdampak terhadap pemukiman di Lokulamo, apalagi persoalan ini sangat berdampak pada jalan strategi nasional ruas Weda – Sagea,” katanya.

Kepala BWS Malut, Bebi Hendrawibawa bersama Wakil Bupati Halmahera Tengah, Abdurahim Odeyani saling mengobrol saat meninjau sejumlah sungai di Weda, Halteng. || Foto: Risno Hamisi/JMG

Terkait permintaan BWS soal pembebasan lahan warga untuk penanganan sungai Kobe secara permanen, Imo pun berharap partisipasi dari warga.

"Saya juga harap masyarakat agar tidak membuang sampah di drainase atau sungai. Kita sama-sama menjaga ini, sehingga tidak ada penyumbatan pada saluran yang sudah dibuat pemda," harapnya.

Sekedar informasi, usai rakor dilanjutkan dengan peninjauan langsung sungai dan kanal dalam Kota Weda.

Peninjauan pertama di sungai Yefetu. Lalu ke sungai Perumahan 50 Desa Wedana, kanal di seputaran GOR dan dilanjutkan ke Lokulamo, Weda Tengah.

Penulis: Risno Hamisi
Editor: Nurkholis Lamaau

Baca Juga