Aset Daerah
Kondisi Asrama Mahasiswa Maluku Utara di Makassar Memprihatinkan
Ternate, Hpost – Kondisi Asrama Mahasiswa Maluku Utara di Jalan Urip Sumohardjo, Lorong 79, Nomor 6, Kelurahan Maccini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terlihat memprihatinkan.
Khusus untuk asrama putri, setelah dua kamar di lantai 2 gedung terbakar pada Senin 25 Januari 2021 sekira pukul 16.30 WITA, sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah.
Ketua Asrama Mahasiswa Malut, Makassar, Buyung Faisal mengaku, pihaknya sempat memasukkan proposal permohonan bantuan dana kurang lebih Rp 200 juta, untuk perbaikan asrama.
Proposal diserahkan lewat Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Maluku Utara (PP-KKMU), Sulsel. “Itu diserahkan sebelum ramadan kemarin,” kata Buyung kepada halmaherapost.com, Kamis 3 Juni 2021.
Informasi dari Ketua PP KKMU Sulsel, Sri Endang Sukarsih, proposal sudah didisposisi ke Sekretariat Daerah Pemprov Malut lewat Badan Penghubung Perwakilan Malut di Jakarta.
“Tapi sampai sekarang belum ada kabar lebih lanjut. Dalam proposal itu kami sempat cantumkan nomor rekening bendahara asrama,” ujar mahasiwa Prodi Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar ini.
Selain fisik asrama putri yang seakan tak layak huni, kondisi gedung asrama putra pun sama mirisnya. Beberapa atap gedung bocor, plafon dan pintu kamar rusak, hingga dinding yang berlumut.
Saat itu, pengurus asrama juga sempat berkoordinasi dengan Badan Penghubung Pemprov Perwakilan Malut.
“Karena di 2019 kemarin, dorang (mereka) sempat datang mendata aset daerah milik Pemprov Malut di Makassar,” katanya.
Salah satu pegawai dari Badan Penghubung Perwakilan Malut di Jakarta yang disapa Caca, sempat meminta agar proposal juga dimasukan lewat mereka.
Dan ketika pandemi COVID-19 melanda, mahasiswa Malut yang berkuliah di Makassar panik dan memilih pulang kampung, seiring sejumlah kampus di Makassar memberlakukan sistem kuliah daring.
Belasan kamar dari gedung 2 lantai itu pun kosong. Kondisi asrama pun tak terurus lagi.
Sementara, asrama putri mengalami tunggakan pembayaran air PDAM dan listrik kurang lebih 8 bulan yang ditaksir sekira Rp 10 jutaan.
Penunggakan itu membuat pihak PDAM dan PLN memutus aliran listrik dan air ke asrama. "Diputus permanen," kata Buyung.
Pengurus pun kembali berkoordinasi dengan Caca. Kala itu, Caca menawarkan opsi yang sama: masukan proposal lewat Badan Penghubung Perwakilan Pemprov Malut.
“Dana yang diajukan sekira Rp 8 juta sampai Rp 9 juta. Itu untuk biaya pelunasan iuran listrik dan air. Tapi sampai sekarang belum ada kabar,” katanya.
Kabarnya, lanjut Buyung, dana perbaikan asrama Malut yang tersebar pada sejumlah provinsi di Indonesia, diajukan sekira Rp 7 miliar.
"Tapi Ibu Caca bilang, anggaran itu sudah dialihkan ke momentum Seleksi Tilawatil Quran di Sofifi," ucap Buyung.
Alasan pengurus asrama tidak bisa menanggulangi biaya perbaikan hingga tunggakan listrik dan air, karena saat itu yang mendiami asrama tersisa 2 orang.
“Hanya saya dan Wawan. Memang ada juga partisipasi dari alumni asrama, tapi itu belum cukup,” ungkapnya.
Dengan terpaksa, penghuni asrama putri memilih menginap sementara di asrama putra. Jumlahnya kurang lebih 6 orang. Sedangkan anggota asrama putra 9 orang dari 13 kamar yang tersedia.
Untuk iuran, asrama putra sudah menggunakan listrik pra-bayar. "Jadi kalau pulsa listrik mau habis, kami langsung baku tambah, masing-masing Rp 10 ribu. Kalau air Rp 400 ribu per orang," jelasnya.
“Jadi mulai dari pandemi COVID-19, kebakaran sampai sekarang, sudah tidak ada orang yang tinggal di asrama putri. Asrama putri sudah seperti rumah hantu,” pungkas Buyung.
Sayangnya, nomor kontak Caca dari Badan Penghubung Pemprov perwakilan Malut di Jakarta belum berhasil terhubung, hingga berita ini ditayangkan.
Komentar