Lingkungan

Aktivitas Tambang Ancam Cadangan Pangan di Danau Yonelo, Halmahera Tengah

Pesisir Danau Yonelo atau Talaga Legaye Lol yang terletak di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, tampak keruh dipenuhi lumpur. || Foto: Yoesril for Halmaherapost

Weda, Hpost – Danau Yonelo atau Talaga Legaye Lol yang terletak di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, dalam kondisi terancam.

Tepian telaga sepanjang 2,5 kilometer dengan lebar kurang lebih 2,4 kilometer itu tampak keruh dipenuhi lumpur, diduga akibat aktivitas perusahaan tambang yang aktif mengeruk bukit di sekitar danau.

Pesisir Danau Yonelo atau Talaga Legaye Lol yang terletak di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, tampak keruh dipenuhi lumpur. || Foto: Yoesril for Halmaherapost

Dalam laporan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Malut, perusahaan yang beroperasi di sekitar danau tersebut adalah PT Zhong Hai Rare Metal Mining dan PT First Pasific Mining Indonesia.

PT Zhong Hai Rare Metal Mining mengantongi 2 izin pertambangan berstatus operasi produksi, dengan cakupan wilayah seluas 688 hektare dan 118 hektare. Perusahaan akan beroperasi hingga 2029.

Sedangkan PT First Pasific Mining Indonesia mengantongi izin dengan cakupan wilayah seluas 2.080 hektare, dan akan beroperasi hingga 2023.

Danau Yonelo atau Legaye Lol di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara. || Foto: AMAN Malut for Halmaherapost.com

Kepala Biro Bidang Informasi dan Komunikasi AMAN Malut, Supriyadi Sudirman mengatakan, selain destinasi, Danau Yonelo juga merupakan sumber cadangan pangan bagi warga Sagea.

“Danau ini masuk wilayah perkampungan Sagea dan Kiya,” ucap Supriyadi kepada halmaherapost.com, Minggu 6 Juni 2021.

Dia bilang, ketika warga tidak bisa melaut saat musim angin selatan tiba, warga lebih memilih mencari kerang, ikan dan kepiting bakau di danau tersebut. “Ikannya jenis bandeng,” katanya.

Di tengah danau, terdapat sebuah pulau kecil bernama Yefi, yang menambah keunikan danau tersebut. Selain itu, terdapat tumbuhan bakau hingga pohon Sagu yang tumbuh di bibir danau.

Jenis kerang yang diambil di Danau Yonelo atau Talaga Legaye Lol yang terletak di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara. || Foto: AMAN Malut for Halmaherapost

Biasanya, ketika pohon sagu sedang berbunga, pengunjung danau akan mendengar suara Burung Nuri yang sedang mencari makan, mencicipi bunga pohon sagu menjelang pagi dan sore.

Pepohonan yang tumbuh lebat di kaki bukit Legaye Lol ini menyimpan banyak satwa burung yang dilindungi, di antaranya Paru Bengkok, Kapasan Halmahera (Lala Geaurea), Kacamata Halmahera (Zosterop Satriceps).

Kemudian Cekakak Biru – Putih (Todir Hampusdiops), Gagak Halmahera (Corvusvalidus), Rangkong atau burung taon-taon, Bidadari Halmahera, serta beragam jenis burung endemik lainnya.

Selain destinasi wisata dan sumber pangan, kawasan danau juga menyimpan jejak historis. “Menurut cerita orang Sagea, di lokasi danau ada makam keturunan Kesultanan Jailolo,” katanya.

Dalam buku Kepulauan Rempah – Rempah (Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950) karya M. Adnan Amal, tertulis Muhammad Arif Billah yang oleh warga setempat dikenal dengan sebutan Muhammad Taher.

“Tapi sekarang danau dalam posisi terancam. Padahal ini harus dijaga dan dirawat,” tandas Supriyadi.

Pesisir Danau Yonelo atau Talaga Legaye Lol yang terletak di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, tampak keruh dipenuhi lumpur. || Foto: Yoesril for Halmaherapost

Sekretaris Komisi III DPRD Halteng, Munadi Kilkoda meminta agar aktivitas PT First Pasific Mining Indonesia, segera dihentikan. Karena pemuatan ore nikel diduga telah mencemari danau tersebut.

“Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pelanggaran lingkungan," kata Ketua Fraksi NasDem DPRD Halteng ini, Minggu 6 Juni 2021.

Munadi yang juga Ketua AMAN Malut ini menjelaskan, penyebab sendimentasi karena terjadi pasang di pesisir pantai Bobane Jailolo, hingga membawa material tanah masuk ke danau.

“Itu berarti sendimentasi di pesisir pantai terjadi dalam jumlah besar. Skalanya pasti sangat luas, sampai sebagian terbawa oleh air laut ke danau,” ujarnya.

Dengan demikian, sendimentasi telah menganggu ekosistem laut dan danau. Ini akan berdampak pada aktivitas sosial – ekonomi masyarakat Sagea – Kiya.

“Terutama nelayan yang biasa melaut atau menjaring ikan di kawasan tersebut,” ucapnya.

Pesisir Danau Yonelo atau Talaga Legaye Lol yang terletak di sebelah barat perkampungan Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, tampak keruh dipenuhi lumpur. || Foto: Yoesril for Halmaherapost

Munadi pun meminta pemerintah daerah, serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk segera mengambil langkah.

“Jangan diam. Segera ke lapangan dan cek pelanggaran yang dilakukan pihak perusahaan," desak Munadi.

Terpisah, Kepala DLH Pemkab Halteng, Syamsul Bahri Ismail, mengaku akan menggelar rapat pembentukan tim pada Senin 7 Juni 2021, untuk turun ke lokasi.

Syamsul mengaku sudah berupaya mengkonfirmasi pihak PT First Pasific Mining Indonesia melalui telepon.
“Tapi nomor mereka tidak aktif,” kata Syamsul Bahri.

Syamsul sendiri mengakui, bahwa ada indikasi pencemaran yang terjadi di Danau Yonelo. “Tapi harus diukur radius dari indikasi pencemaran tersebut. Yang paling mungkin itu akibat dari aktivitas PT FPM (PT First Pasific Mining Indonesia). Tapi ini masih indikasi ya,” ujarnya.

Penulis: Risno Hamisi
Editor: Nurkholis Lamaau

Baca Juga