Teknologi
PLTU Tidore Kembangkan Sampah Organik Jadi Bahan Bakar
Tidore, Hpost – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore tengah mengembangkan sampah organik menjadi bahan bakar untuk sistem kelistrikan.
Manager PLTU Tidore, Whyni Primadasa kepada halmaherapost.com, Jumat 2 Juli 2021, mengatakan, secara studi, yang diizinkan adalah berbahan bakar organik atau biomassa.
“Tapi karena dalam pengelolaan, sedikit-sedikit ada plastik yang masuk, jadi sesuai yang kami uji itu maksimal 5 persen dari yang diolah,” jelas Whyni.
Misalnya, dengan jumlah 100 ton sampah, maka maksimal 5 ton yang dicampur sebagai bahan baku pembakaran. “Jadi tidak seluruhnya plastik. Tapi sampah rumah tangga, kayu, daun, pokoknya organik,” tandasnya.
Sebab, plastik yang dibakar pun cukup berbahaya bagi manusia. “Efeknya juga kurang bagus. Sedangkan sampah organik malah lebih baik daripada batubara,” akunya.
Dia bilang, dari hasil studi, yang diizinkan penggunaan sampah organik untuk PLTU Tidore sebanyak 30 persen.
“Saat ini yang sudah diuji itu 5 persen, dan itu cukup banyak. Apalagi produksi sampah di Tidore kan 20 ton sehari,” ujarnya.
Kendati tetap menggunakan sampah organik, namun bahan bakar dari batubara masih tetap diandalkan.
“Istilahnya co-firing. Jadi batubara ditambah pellet RDF atau Refuse Derived Fuel. Itu hasil olahan dari sampah organik atau biomassa,” terangnya.
Dari segi dampak, kata dia, berdasarkan hasil uji yang sudah dilaksanakan pada beberapa pembangkit milik PT PLN, emisinya lebih baik daripada batubara. “Jadi biomassa ini lebih bagus emisinya,” katanya.
Terkait beban puncak yang dibutuhkan ketika pengembangan bahan bakar tersebut dilakukan, menurut Whyni, sepanjang nilai kalorinya mencukupi, tidak jadi masalah.
“Nilai kalori batubara untuk PLTU Tidore kan 4.000 kilo kalori per-kilogram. Kalau hasil ujinya bisa mendekati itu, tentu tidak masalah,” katanya.
Sejauh ini, PLTU Tidore sudah melakukan uji coba penggunaan sampah organik pada Januari dan Februari 2021.
“Baik secara internal, di Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan), maupun PJB (Pembangkit Jawa – Bali),” pungkasnya.
Ke depan, untuk penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara PLTU melalui PT PLN dengan Pemkot Tidore, masih akan dibahas lagi. “Karena kita juga akan lakukan feastibility studi,” tutupnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sjarif mengatakan, ini merupakan program antara Pemda dan PLTU Tidore untuk menciptakan energi terbarukan berbasis kerakyatan.
Ia mengaku sudah bertemu dengan Direktur Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kami diarahkan berkoordinasi dengan Pemda Ende, Nusa Tenggara Timur, yang lebih dulu melakukan program ini. Namanya Teknologi Olahan Sampah (TOS),” katanya.
Program TOS ini akan disosialisasikan di tingkat kelurahan, agar masyarakat siap bekerjasama dalam upaya ini. “Ouputnya adalah MoU antara Pemda dan PLTU,” tandasnya.
Dari situ akan dibuat kesepakatan terkait poin-poin apa saja yang akan diambil. Mulai dari jenis sampah hingga apa yang akan PLTU lakukan untuk daerah.
“Jadi sebelum program ini final, DLH akan mensosialisasikan ke masyarakat. Lalu memperkuat bank sampah di setiap kelurahan,” ujarnya.
Terkait kebutuhan PLTU terhadap sampah yang maksimal 5 persen, kata dia, sisanya akan dilakukan kerjasama dengan perusahaan pengumpul di Surabaya. “Tentu agar semua dapat tertangani dengan baik,” tandasnya.
Komentar