Radikalisme

Ngobrol FKPT Malut: Perempuan juga Rentan Terpapar Doktrin Radikal  

Ilustrasi

Ternate, Hpost – Konten-konten radikalisme di media sosial seperti youtube mudah diakses semua kalangan tidak terkecuali perempuan. Ini artinya, radikalisme tidak mengenal gender, sehingga perempuan juga rentan terpapar doktrin dan paham radikal.

Hal itu mengemuka, dalam kegiatan Ngobrol Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP), Pencegahan Radikalisme dan Terorisme, yang diselenggarakan, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara, melalui Bidang Perempuan dan Anak, Rabu 28 Juli 2021, akhir bulan kemarin.

Kegiatan yang digelar secara daring tersebut, melibatkan sejumlah Narasumber, diantaranya Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengamanan Objek Vital BNPT, Kolonel Mar. Wahyu Herawan, Akademisi IAIN Ternate dan Ketua Muslimat NU Malut, Rosita Alting, serta Pengajar dan Peneliti Program Vokasi Administrasi Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Mila Vindyadari.

“Youtube itu menampilkan konten-konten dan itu paling mudah diakses dan disukai oleh perempuan, apalagi ibu-ibu. Padahal, konten yang ditampilkan banyak tidak jelas kebenarannya. Karena, siapa saja bisa membuat konten, tergantung keinginan mereka,” kata Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengamanan Objek Vital BNPT, Kolonel Mar. Wahyu Herawan.

Selain itu Youtube, tindakan radikalisme juga dipengaruhi oleh keluarga terdekat, seperti bapak kepada anaknya, suami yang  terlibat dalam jaringan dan mendoktrin istrinya, hingga menjadi lebih militan dari suaminya. Kemudian, masalah politik, religius dan lainnya, melalui doktrin.

“Jadi, para pendoktrin-pendoktrin itu mengajak perempuan melakukan aksi-aksi tersebut, entah secara langsung atau tidak langsung,” katanya.

Untuk aksi terorisme ini juga bisa terjadi dimana saja dan dilakukan oleh siapa saja. Seperti kasuistik di Maluku Utara, yang dilakukan oleh salah satu oknum Polwan Polda setempat, yang tergabung dalam jaringan.

“Padahal sudah diajarkan tentang kebangsaan, pancasila dan macam-macam, tapi masih terpapar. Makanya, mari kita melakukan upaya pencegahan secara bersama-sama,”harapnya.

Sementara itu, Akademisi IAIN Ternate dan Ketua Muslimat NU Malut, Rosita Alting, menambahkan bahwa radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

“Makanya, tergantung dari cara pandang masing-masing orang meliat seperti apa,”ucapnya.

Selain itu, kata dia, sebagai daerah yang memiliki rekam jejak konflik berbau suku, agama, ras dan antar golongan atau SARA, Maluku Utara sangat rentan dengan aksi radikalisme, kemudian menjadi daerah yang menjadi pusat transit dan pintu masuk segala aktivitas. Sehingga, harus dilakukan segala hal untuk melakukan pencegahan.

“Kita harus melakukan pencegahan dini dan pendataan potensi stabilitas yang mempengaruhi dinamika politik lokal hingga pendidikan sosial, politik dan budaya kepada elemen masyarakat,”pungkasnya.

Penulis: Qal
Editor: Firjal Usdek

Baca Juga