Lingkungan
Tambang Datang, Burung Endemik di Halmahera Tengah Menghilang

Selain penangkapan, Benny meyakini industri tambang punya dampak secara langsung terhadap vegetasi yang merupakan hunian satwa liar seperti burung. Dia menyebut, belakangan ancaman habitat burung endemik di Halmahera Tengah tak hanya datang dari perburuan liar, melainkan aktivitas manusia lewat industri ekstraktif.
“Aktivitas manusia termasuk pertambangan ini menyebabkan habitat vegetasi mengalami perubahan. Padahal burung membutuhkan vegetasi untuk berkembang biak dan berinteraksi. Jika semua itu musnah, tentu keberlangsungan hidup burung pun terancam,” ujarnya, sembari menyebut belum ada penelitian spesifik terkait dampak tambang terhadap satwa burung di Halmahera Tengah.
Bagi Benny, siasat pemerintah melakukan upaya pelestarian satwa burung sebaiknya tidak dibarengi dengan maraknya izin operasi tambang yang jelas memiliki daya rusak terhadap hutan dan alam. Upaya memberi pengetahuan akan pentingnya menjaga burung perlu dimasifkan pemerintah, terutama di wilayah pertambangan.
“Fungsi satwa burung di alam sangat penting dan bernilai, burung selalu menjaga agar ekologi manusia tetap lestari. Jadi kehadirannya itu sangat penting dan kita semua perlu tahu hal itu,” cetusnya.
Ki Bagus Hadi Kusuma, Pengkampanye Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menyebut daya rusak tambang di Weda Tengah pada empat tahun terakhir makin tak terkendali. Ada beragam kasus seiring masuknya tambang.
Kasus macam perampasan ruang hidup, pencemaran lingkungan, perampasan lahan produksi warga, hingga hilangnya habitat satwa burung akibat kerukan tambang sudah berlangsung lama. Di tengah maraknya kasus-kasus tersebut, pemerintah justru tidak mampu memberi penyelesaian.
“Ada perampasan lahan terutama lahan produktif yang selama ini menjadi mata pencaharian warga seperti pala, cengkeh, kelapa, langsat, itu dirampas secara paksa oleh perusahaan. Dibeli secara paksa demi perluasan,” ujarnya.
Masalah Lingkungan
Sejak 2018 hingga 2022, JATAM menemukan setidaknya ada empat kasus pencemaran sungai yang terjadi di Halmahera Tengah. Pencemaran tersebut misalnya terjadi pada Sungai Ake Sake, Ake Kobe dan Ake Wosia.
Sungai-sungai ini umumnya menjadi penyangga utama kebutuhan warga seperti minum, mencuci dan mandi.
“Mulai 2018 ke sini kami menemukan ada empat kasus pencemaran sungai di wilayah Weda yang berdampak langsung dengan aktivitas warga. Pemicu pencemaran ini tentu saja dari aktivitas pertambangan yang menyulut protes warga,” ujarnya.
Komentar