Agraria

WALHI: Pentingnya Peran Anak Muda Dalam Penyelamatan Lingkungan di Maluku Utara

Pose bersama narasumber dan peserta diskusi Orang Muda Bicara Ekologi. Foto: Ramlan/HMN

“Jika terjadi kerusakan di hulu akibat aktivitas tambang , HPH dan perkebunan monokultur akan ikut menyebabkan terganggunya perairan,” ujarnya.

Dikatakan dia, ketika hulu terganggu maka berimplikasi juga pada lautnya. Aktivitas tambang, HPH dan perkebunan monokutur juga memunculkan konflik ruang dengan masyarakat.

"Banyak contoh kasus di Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Gane dan Obi Halmahera Selatan. Hal ini nyata terjadi. Tidak hanya menghancurkan lingkungan tapi juga membatasi akses dan ruang hidup warga. Di sini sebenarnya mula munculnya konflik," katanya.

Suasana diskusi Orang Muda Bicara Ekologi yang diselenggarakan WALHI Maluku Utara. Foto: Ramlan/HMN

“Fakta ini adalah ancaman serius manusia tidak hanya saat ini tetapi juga generasi 20 sampai 30 tahun nanti,” sambungnya.

Ia menegaskan bahwa daya dukung lingkungan untuk keberlanjutan generasi di masa depan harus dipahami bersama untuk selanjutnya diperjuangkan penyelamatannya.

“Hutan yang berkurang maupun rusak akan mengurangi relasi manusia dengan alam. Jika hutan tidak bisa lagi menyediakan cadangan pangan sebagai penyangga kehidupan maka itu ancaman kepada generasi,” tandasnya.

Sementara Dr Adityawan menjelaskan beberapa pemahaman dasar, misalnya soal pesisir pulau kecil dan ekosisitemnya.

"Maluku Utara mayoritas wilayah dan penduduknya berada di pesisir. Karena karakteristik wilayahnya pesisir dan pulau pulau kecil (WP3K) maka ikut menghadapi beragam kerentanan. Tidak hanya karena dampak perubahan iklim tetapi juga karena aktivitas manusia," jelasnya.

Selanjutnya 1 2 3
Penulis: Ramlan Harun
Editor: Redaksi

Baca Juga