Opini
AOC: Pemimpin Politik Muda dan Perlawanan Terhadap Oligarki

Akhirnya, AOC berhasil mengalahkan lawannya, Joseph Crowley, yang telah menjadi anggota Kongres selama 20 tahun dari Partai Demokrat.
Gerakan AOC ini seolah-olah membenarkan perkataan Jefrey Winters yang disampaikan melalui saluran YouTube; bahwa oligarki dan korporasi dapat dilawan selama kita bersatu dan digerakkan oleh kelompok yang mewak
ili kesulitan masyarakat. Namun, apakah kita sudah cukup bersatu untuk melawannya? Jawablah pertanyaan tersebut sendiri.
Di Indonesia, kita tentu memiliki harapan untuk munculnya politisi dengan semangat seperti AOC, tetapi sulit untuk mewujudkannya dengan sistem politik pasca Orde Baru (Orba). Pertama, sistem politik kita terlalu memberikan ruang bagi pertumbuhan oligarki. Sebelum reformasi, oligarki muncul dalam wujud kekuasaan, dengan Soeharto sebagai simbol utamanya. Setelah reformasi, wajah oligarki berubah, mereka menjadi pengatur di balik layar, mirip dengan "shadow government", di mana kebijakan yang dihasilkan didasarkan pada permintaan dari kaum oligarki.
Hal ini terjadi karena sebagian dari mereka adalah pemilik dan pengendali partai politik. Partai politik kita memelihara kelompok oligarki, atau sebaliknya. Ketika seseorang mencalonkan diri dalam partai politik, mereka harus melewati pintu-pintu akses yang dikuasai oleh oligarki tersebut. Terutama jika daerah tersebut memiliki sumber daya alam, maka akan terjadi perjanjian di balik layar. Tidak ada yang berani menentang hal tersebut.
Kedua, para politisi kita seringkali tidak memiliki arah, sikap, dan visi perjuangan yang jelas saat mencalonkan diri. Ketika mereka mencalonkan diri, yang sering dibicarakan hanya dukungan dari keluarga A dan B, bahkan terkadang anggota keluarga saling bertengkar hanya karena tidak mendukung satu sama lain. Hasilnya adalah politisi yang hanya berorientasi pada keluarga. Jarang kita temui politisi yang saling bertengkar berdasarkan program-program yang mereka usung. Bagi sebagian orang, menjadi politisi hanya untuk mencari kekayaan.
Ketiga, politik elektoral kita sangat mahal. Membutuhkan biaya yang besar, terutama biaya kampanye yang sangat tinggi. Bayangkan, jika Anda ingin mencalonkan diri, Anda harus siap mengeluarkan miliaran rupiah. Jika Anda berasal dari kalangan bawah, hampir tidak mungkin untuk memenangkan pertarungan politik tersebut, kecuali jika melibatkan oligarki. Itulah yang terjadi saat ini. Selain itu, biaya pendirian partai politik juga sangat mahal. Oleh karena itu, kita tidak mungkin mengharapkan perubahan dengan model partai seperti ini. Yang kita lihat hanyalah berbagai paket kebijakan undang-undang yang memberikan keuntungan bagi pemilik partai yang juga merupakan pengusaha.
Oleh karena itu, kita sangat berharap agar dunia politik kita berubah, baik melalui perubahan sistem atau model partai politik. Meskipun gerakan donasi publik untuk biaya politik pernah dilakukan oleh partai PSI, sayangnya gerakan tersebut hanya berfokus pada pencitraan. Selain itu, PSI memiliki donatur yang tidak berasal dari kalangan bawah.
Komentar