Lingkungan Hidup
Penyebab Misteri Warna Air Sungai Sagea di Boki Maruru, Halmahera

Menurut Hidayah, perlu dilakukan pendekatan lebih lanjut untuk mengembalikan kualitas air, termasuk cara sederhana untuk mengendapkan sisa-sisa sedimentasi.
Salah satu metode tradisional adalah dengan menambahkan biji kelor ke dalam wadah penampung. Dalam waktu sekitar 6-12 jam, air akan menjadi jernih dan sisa-sisa material akan terendap di dasar wadah.
Selain itu, penyaringan juga bisa dilakukan dengan menggunakan drum yang diisi dari bawah hingga 2/3 bagian atas dengan lapisan bata merah (pecahan), gamutu/cocopeat, pasir pantai, dan lagi lapisan gamutu/cocopeat. Atau, campuran gamutu/cocopeat juga dapat ditambahkan dengan arang aktif untuk menyaring residu logam berat yang mungkin terdapat dalam air tersebut.
"Selanjutnya, perlu dilakukan uji kualitas air di laboratorium. Setidaknya, periksa tingkat pH setelah air menjadi jernih. Jika masih keruh, tentu saja berbahaya untuk dikonsumsi," tambahnya.
Hidayah juga menekankan bahwa perlunya kepedulian dalam masalah ini, karena jika dibiarkan terus berlanjut, wilayah Boki Maruru, Sagea, dan Halmahera hanya akan menjadi kisah masa lalu. "Isu ini harus terus diperjuangkan," tegasnya.
Selain itu, ia juga mengajukan pertanyaan mengenai komitmen Indonesia terhadap dunia dalam upaya pengurangan emisi karbon dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya.
"Program FOLUNETSINK 2030 kiranya mustahil tercapai jika tidak dikuatkan dengan regulasi yang baik dan terukur tentang perubahan landscape di Halmahera dalam frame Investasi," tutupnya.
Komentar