Sosok

Pak Tauhid Gagalkan Mimpi Tidur Nyenyak Saya

Hidup selalu punya cara tak terduga untuk menyelipkan pelajaran di tengah rutinitas. Pagi itu, niat saya sederhana: tidur sebentar di kelas bisnis (sengaja diupgrade) sebelum menghadiri International Digital Conference yang dihelat Asosiasi Media Siber Indonesia. Tapi rencana itu berubah total saat kursi 1D, tempat saya duduk, menjadi titik awal pertemuan tak terduga dengan Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman.

"Saya pindah ke belakang ya, bacarita dengan Ijal," ujar pak Tauhid, kepada Istrinya, sambil tersenyum. Istrinya, ibu Liza yang mendengar itu, berbalik dan menyapa saya dengan senyum.

Dalam hati, saya tahu: selamat tinggal, tidur nyenyak.

Pak Tauhid langsung pindah ke kursi sebelah saya yang kebetulan kosong.

Percakapan pun mengalir tanpa jeda. Pak Tauhid, yang tak pernah berbicara asal-asalan, mulai membahas topik berat dengan ringan. "Amanah itu bukan sekadar tanggung jawab, tapi kepercayaan yang harus dijaga," ucapnya penuh makna.

Kami berbincang tentang janji-janji yang belum tuntas: pembangunan jalan, pelabuhan Hiri, hingga penyediaan air bersih. Tauhid menjawab dengan jujur. "Pandemi dan utang proyek multiyears membuat semuanya tertunda. Tapi dua tahun terakhir, kami mulai menstabilkan anggaran. Kalau diberi waktu lagi, Insya Allah, saya akan tuntaskan."

Di tengah diskusi, saya menyinggung langkah beliau maju sebagai petahana dalam Pilwako Ternate.

Lalu kami bercengkrama banyak, panjang lebar perihal itu, hingga datang pramugari menawarkan minum. Saya memesan Air mineral. Roti disebelah saya, sayang sekali kalau tak dihabiskan.

"Pak, kalau cuma dua pasangan, Pak bisa menang, tapi mandi-mandi suar (keringat)," gurau saya.

Tauhid tertawa kecil, lalu menunjukkan percakapan di WhatsApp dengan seseorang. "Sekarang sudah tiga pasangan, Insya Allah mau menuju empat pasangan," ujarnya penuh keyakinan.

"Wah, kalau empat pasangan, dipastikan Pak terpilih lagi," jawab saya, setengah bercanda.

"Saya berharap bisa jadi empat pasangan," ucap Tauhid, menutup obrolan dengan senyum penuh harap.

Percakapan yang merenggut waktu tidur saya itu berakhir ketika kokpit mengumumkan bahwa pesawat Garuda yang kami tumpangi akan mendarat di Bandara Soetta.

Namun, cerita belum selesai. Dalam perjalanan menuju pengambilan bagasi, saya membuka ponsel dan melihat informasi terkait banjir di Rua. "Pak, ada banjir di Rua," kata saya.

"Iya, sabantar malam saya langsung balik," jawabnya cepat, tanpa ragu. Esok harinya, berita menunjukkan Tauhid sudah berada di lokasi banjir, mendampingi warganya yang terdampak. Sudah seharusnya memang, sebagai wali kota, ia hadir di tengah warganya saat bencana melanda.

Meski mimpi tidur nyenyak di kelas bisnis Garuda lenyap, tapi penerbangan saya Soft Landing dengan pelajaran berharga. Amanah, seperti perjalanan udara, selalu menemukan jalannya—walau penuh turbulensi—menuju visi bersama.

Hidup memang penuh kejutan. Dalam perjalanan ini, saya belajar bahwa amanah, sejauh apa pun membawa kita, selalu punya caranya sendiri untuk diselesaikan dengan baik.

Empat bulan kemudian, harapan pak Tauhid untuk terpilih lagi sebagai Wali Kota Ternate, benar-benar terjadi, dengan polehan 45.658 suara atau 47,9% pemilih. Capaian itu di luar dugaan. Tauhid juga mencatatkan sejarah perolehan suara terbanyak sepanjang Pilwako Ternate.

Selamat melanjutkan perjalanan, Pak Tauhid. Semoga amanah selalu diselesaikan dengan hati yang ringan dan penuh keberkahan.

Penulis: Firjal Usdek
Editor: Firjal Usdek

Baca Juga