Parlemen
Dr. Graal: Pertanian Maluku Utara Kunci Masa Depan Indonesia

Komite II melakukan Rapat Kerja dengan Kementerian Pertanian. Bertempat di Ruang Sriwijaya Gedung B DPD-RI, rapat dihadiri oleh formasi lengkap baik dari Kementerian Pertanian (Menteri, Wakil Menteri, serta jajaran terkait) maupun Komite II (pimpinan dan anggota).
Menteri Andi Amran Sulaiman membuka paparan dengan menyampaikan capaian kerja Kementerian Pertanian selama 2020–2024 dari berbagai aspek, baik secara nasional maupun di berbagai daerah. Ia kemudian melanjutkan dengan membahas Program Kerja Kementerian Pertanian untuk tahun 2025 di tengah upaya efisiensi anggaran.
Apresiasi untuk Kementerian Pertanian
Dr. R. Graal Taliawo, S.Sos., M.Si. memberikan apresiasi terhadap kerja keras yang telah dilakukan Menteri, Wakil Menteri, serta jajaran Kementerian Pertanian.
Sektor pertanian, menurutnya, adalah masa depan yang layak diperjuangkan, baik oleh Maluku Utara maupun Indonesia. Ia meyakini bahwa pertanian adalah sumber daya alam berkelanjutan yang memiliki potensi luar biasa jika dimanfaatkan secara optimal.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Menteri Pertanian. Potensi sektor pertanian di Indonesia sangat melimpah, namun masih perlu dilakukan optimalisasi.
“Kita (anggota DPD-RI dan Kementerian Pertanian) harus saling mendukung dan bersinergi agar kebijakan Pemerintah Pusat dapat memfokuskan secara cermat pada pemanfaatan dan pengembangan sektor pertanian tersebut,” kata Dr. Graal.
Maluku Utara Perlu Pengembangan Sektor Pertanian
Menurut anggota DPD-RI yang akrab disapa Dr. Graal, dalam membahas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Maluku Utara, tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perikanan. Profesi petani dan nelayan adalah profesi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan profesi mayoritas di Maluku Utara.
Dalam kesempatan rapat kerja ini, Dr. Graal menyampaikan berbagai masalah terkait sektor pertanian di Maluku Utara. Terdapat isu nasional dan isu lokal (Maluku Utara) yang perlu diperhatikan dengan cermat, dan ia juga memberikan rekomendasi untuk langkah-langkah tindak lanjutnya.
Stimulus untuk Petani dan Produksi Komoditas
Pertama, anggota DPD-RI kelahiran Wayaua, Bacan ini, menyoroti masalah petani dan produksi pertanian/perkebunan. Di Maluku Utara, generasi muda cenderung enggan bertani dan lebih memilih profesi lain, seperti di sektor pertambangan. Hal ini menyebabkan jumlah pekerja di sektor pertanian menurun, serta penurunan dalam produksi beberapa komoditas tertentu. Selain itu, peralatan bertani (pra dan pasca panen) yang masih sederhana juga menjadi perhatian.
“Saya merekomendasikan agar Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian memberikan stimulus kepada generasi muda dan masyarakat usia produktif untuk bertani, seperti beasiswa pendidikan formal dan nonformal bagi generasi muda di setiap desa yang berminat belajar ilmu pertanian. Selain itu, perlu dipertimbangkan penambahan jumlah penyuluh pertanian dengan sistem kerja yang jelas dan dampaknya terukur bagi petani,” jelasnya.
Dr. Graal menambahkan bahwa perlu dilakukan pembenihan dan peremajaan komoditas di setiap desa untuk menjaga keberlanjutan komoditas. Selain itu, dukungan peralatan dan perlengkapan bertani yang semimodern dan sederhana juga perlu diberikan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Hilirisasi Sektor Pertanian/Perkebunan
Kedua, sesuai dengan komitmennya, Dr. Graal akan terus menyuarakan pentingnya hilirisasi di sektor pertanian/perkebunan.
Menurutnya, selama ini, produksi komoditas unggulan Maluku Utara seperti kelapa, pala, dan cengkih cenderung masih dalam bentuk mentah atau setengah mentah, belum diproses menjadi produk olahan dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Selain itu, masyarakat petani juga terkendala dalam memasarkan produk olahan tersebut. Di sisi lain, kemampuan sumber daya masyarakat petani Maluku Utara masih terbatas dalam mengolah hasil tani dan kebun menjadi produk olahan tertentu, meskipun di daerah tersebut banyak komoditas unggulan.
Dr. Graal mengusulkan agar diberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat petani yang tergabung dalam koperasi tani (sekitar 22 unit) di Maluku Utara untuk mengolah hasil pertanian/perkebunan menjadi produk olahan yang bernilai tambah ekonomi.
Pelatihan tersebut harus meliputi transfer pengetahuan, pemberdayaan berbasis komunitas/UMKM, penyediaan alat pengolahan yang sederhana, dan cara memasarkan hasil olahan. “Pendampingan ini harus berbasis koperasi/UMKM, bukan investasi besar atau korporasi besar,” tegasnya.
Dr. Graal juga menekankan pentingnya pengolahan hasil tani dan kebun di daerah penghasil komoditas tersebut melalui pembangunan sentra hilirisasi pertanian di daerah-daerah yang kaya akan komoditas tertentu. Maluku Utara juga perlu menggalakkan penanaman pangan lokal berbasis keluarga untuk konsumsi sehari-hari dengan memberikan bibit unggul dan pupuk organik.
Pembangunan Jalan Tani
Ketiga, Dr. Graal menyatakan bahwa selama melakukan kunjungan lapangan, banyak warga yang menyampaikan kebutuhan akan jalan tani untuk menunjang produktivitas pertanian, seperti di Desa Bukit Durian (Kecamatan Oba) dan Desa Gosale (Kecamatan Oba Utara) di Kota Tidore Kepulauan, Desa Tewil (Kecamatan Maba Kota) di Kabupaten Halmahera Timur, serta desa lainnya. Ia pun meminta agar pemerintah mengupayakan pembangunan jalan tani tersebut.
Menurutnya, pertanian dan perkebunan memiliki potensi besar untuk menjadi sektor unggulan yang dapat mendukung masa depan Maluku Utara dan Indonesia. “Semangatnya adalah pemberdayaan warga melalui pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan di sekitar mereka,” tutup Dr. Graal, yang juga seorang pegiat politik.
Komentar