Sepakbola

Tak Punya Lapangan, Tapi Sekolah Bola Warrior Morotai Justru Cetak Juara

Salah satu penampilan Warrior Morotai di turnamen sepakbola. Foto: Dok Pribadi

Kecintaan terhadap dunia sepak bola mendorong Mustafa Lasidji mendirikan sebuah sekolah sepak bola yang kini menjadi wadah pembinaan generasi muda di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Sekolah tersebut dikenal dengan nama Water Army Morotai Soccer School atau Warrior Morotai.

Warrior Morotai resmi berdiri pada 28 Oktober 2021. Pendirian sekolah ini merupakan wujud nyata dari visi Mustafa untuk membentuk generasi muda yang sehat, berkarakter, dan memiliki semangat juang tinggi.

Namun, perjalanan Mustafa di dunia pembinaan sepak bola sudah dimulai jauh sebelumnya. Sejak tahun 2012, ia telah membentuk tim bernama MUJI FC yang bermarkas di Kompleks PDAM, Desa Gotalamo, Kecamatan Morotai Selatan. Saat itu, kegiatan tim masih terbatas pada partisipasi di berbagai turnamen karena belum memiliki sistem latihan yang terstruktur.

"Aktivitas tim saat itu masih terbatas pada turnamen tanpa jadwal latihan yang terarah," ujar Mustafa saat diwawancarai pada 20 Mei 2025.

Pandemi Covid-19 menjadi titik balik penting. Setelah pandemi mulai mereda, Mustafa menyadari pentingnya menjaga kesehatan anak-anak dan mencegah dampak negatif akibat kurangnya aktivitas fisik selama masa krisis. Kesadaran itu membawanya pada ide mendirikan sekolah sepak bola yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pembinaan karakter dan mental.

Sejak didirikan, Warrior Morotai mengusung misi mencetak pemain muda yang tangguh di lapangan dan kuat secara moral. Melalui program latihan yang terstruktur dan berkesinambungan, sekolah ini berkembang menjadi salah satu pusat pembinaan sepak bola yang diperhitungkan di Morotai dan Maluku Utara.

"Alhamdulillah, sejak berdiri, Warrior Morotai telah menorehkan banyak prestasi di berbagai kompetisi, mulai dari kelompok usia 9 tahun hingga 17 tahun," kata Mustafa.

Warrior Morotai tak hanya berkiprah di tingkat daerah. Mereka telah mengikuti berbagai turnamen di luar Maluku Utara, seperti Grassroot Festival di Makassar (2022), Soeratin Cup Maluku Utara di Ternate (2024), dan Grassroot Safin Pati di Jawa Tengah (2023).

"Dengan semangat membangun masa depan generasi muda Morotai, kami berharap Warrior Morotai menjadi harapan baru bagi kemajuan sepak bola di daerah ini," lanjutnya.

Meskipun belum memiliki fasilitas permanen seperti gedung atau lapangan sendiri, Mustafa menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah penghalang. Ia tetap berkomitmen untuk terus membina dan mengasah bakat-bakat muda di Morotai demi masa depan sepak bola yang lebih baik.

Ia juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah daerah agar pembangunan ke depan tidak hanya berfokus pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia, khususnya generasi muda.

"Saya berharap lima hingga sepuluh tahun ke depan, pembangunan juga menyentuh anak-anak sekolah yang saat ini mudah terpengaruh oleh perkembangan zaman," ujarnya.

Mustafa bermimpi agar program pembinaan usia dini hadir di setiap desa, dilengkapi dengan perangkat kepelatihan yang memadai. Ia percaya, sepak bola bisa menjadi sarana untuk menjauhkan anak-anak dari pengaruh negatif, termasuk pergaulan bebas serta bahaya NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).

"Dengan adanya kompetisi di tingkat desa, anak-anak bisa lebih terarah. Sepak bola dapat menyelamatkan mereka dari kenakalan remaja dan bahaya narkoba, baik yang alami maupun sintetis," pungkasnya.

Penulis: Maulud Rasai
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga