Pahlawan Nasional

Sultan Penjaga Timur Kini Pahlawan Nasional, Gubernur Sherly Tegaskan Kontribusi Maluku Utara

Sultan Zainal Abidin Syah. Foto: Ist

Sultan Zainal Abidin Alting Syah, dikenal sebagai “Penjaga Timur Indonesia,” kini resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, menegaskan penghargaan ini sebagai pengakuan atas kontribusi besar Maluku Utara dan kawasan Indonesia Timur dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di bawah langit biru Kepulauan Tidore, lahirlah seorang bangsawan yang kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah keindonesiaan di kawasan timur. Sultan Zainal Abidin Alting Syah, Sultan Tidore ke-37, bukan hanya seorang pemimpin adat dan penjaga warisan leluhur, tetapi juga seorang nasionalis sejati yang mengikat benang merah sejarah antara Maluku, Papua, dan Republik Indonesia yang baru lahir.

Sebagai pewaris Kesultanan Tidore—kerajaan Islam yang berpengaruh di kawasan timur Nusantara sejak abad ke-15—Sultan Zainal Abidin tumbuh dengan kesadaran bahwa kekuasaan bukan hanya soal tahta, melainkan juga tanggung jawab untuk menjaga tanah air dan rakyatnya. Ia menyaksikan masa-masa transisi yang genting: ketika Belanda enggan melepaskan kendali, sementara Indonesia baru saja berdiri dengan segala keterbatasannya.

Tahun 1945 menjadi titik balik. Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, namun penjajahan belum sepenuhnya berakhir. Di wilayah timur, Belanda masih bercokol dan berusaha memisahkan Papua (Irian Barat) dari republik muda itu. Namun Sultan Zainal Abidin memiliki pandangan lain: bagi Tidore, Papua bukanlah tanah asing. Hubungan politik dan budaya antara dua wilayah itu telah terjalin sejak masa leluhur para Sultan Tidore, jauh sebelum bangsa Eropa menjejakkan kaki di tanah Maluku.

Dengan keyakinan itu, Sultan Zainal Abidin Alting Syah mengambil langkah bersejarah. Ia menyatakan secara tegas bahwa Papua dan Kesultanan Tidore menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pernyataan itu bukan hanya simbol politik, tetapi sebuah pengakuan sah dari penguasa lokal yang memiliki legitimasi historis atas wilayah tersebut.

Langkah Sultan Zainal Abidin memperkuat posisi diplomatik Indonesia di mata dunia. Pemerintah pusat pun menaruh kepercayaan besar kepadanya. Pada tahun 1956, ia diangkat menjadi Gubernur pertama Irian Barat, dengan tugas berat: mempersiapkan integrasi Papua ke dalam pangkuan Indonesia secara damai dan bermartabat. Dari istananya di Tidore, ia menjalin komunikasi, membangun kepercayaan, dan menanamkan semangat kebangsaan kepada masyarakat di kawasan timur.

Sultan Zainal Abidin bukan hanya penguasa, tapi juga jembatan antara masa lalu dan masa depan. Ia mengikat sejarah kerajaan maritim yang agung dengan cita-cita republik yang baru tumbuh. Dalam dirinya, tradisi dan nasionalisme berpadu, menegaskan bahwa keindonesiaan tidak hanya dibangun dari Jakarta, tetapi juga dari pulau-pulau kecil yang jauh di ufuk timur.

Pemerintah Provinsi Maluku Utara telah melakukan upaya dengan mengajukan pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk Sultan Zainal Abidin Syah sejak 2021 ke pemerintah pusat. Namun, pada saat itu, usulan belum diterima karena pemerintah pusat hanya menerima empat usulan gelar Pahlawan Nasional dari seluruh Indonesia, dan usulan Sultan Zainal Abidin Syah belum memenuhi syarat proses verifikasi serta kajian mendalam oleh Tim Penilai Pengkaji Gelar Pahlawan (TP2GP).

Pada tahun 2024, Pemerintah Provinsi Maluku Utara kembali mengusulkan Sultan Zainal Abidin Syah sebagai Pahlawan Nasional. Namun, proses pengkajian belum selesai dan masih memerlukan kelengkapan dokumen.

Di tahun 2025, di bawah kepemimpinan Gubernur Sherly Laos, Pemprov Maluku Utara kembali mengusulkan Sultan Zainal Abidin Syah. Usulan ini diajukan dan ditandatangani oleh Gubernur Sherly Laos, kemudian direkomendasikan ke Kementerian Sosial.

Sesuai dengan isi surat No. 400.9.1/1452/G, Perihal Rekomendasi Calon Pahlawan Nasional An. Sultan Zainal Abidin Syah:
"Sultan Zainal Abidin Alting Syah, kami rekomendasikan kembali sebagai calon Pahlawan Nasional pada tahun 2025 untuk dianugerahi gelar Pahlawan Nasional."

Pada hari peringatan Pahlawan Nasional, Senin, 10 November 2025, Sultan Zainal Abidin Alting Syah resmi mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Penetapan tersebut dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025 di Istana Merdeka.

Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, hadir pada acara tersebut. Ia menegaskan bahwa penganugerahan gelar ini merupakan pengakuan atas kontribusi besar Maluku Utara dan kawasan Indonesia Timur dalam menjaga kedaulatan negara.

“Ini adalah momentum bersejarah. Penghargaan ini menunjukkan bahwa kontribusi Maluku Utara dalam perjuangan mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia tercatat dan diakui,” ujar Gubernur Sherly.

Dengan gelar ini, Sultan Zainal Abidin Alting Syah kini secara resmi dikenang sebagai Pahlawan Nasional, simbol pengabdian, keberanian, dan nasionalisme dari timur Indonesia yang terus menginspirasi generasi mendatang.

Penulis: Qal
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga