Agenda

Workshop Minyak Cengkih Hiri Ternate Tekankan Pelestarian Pengetahuan Tradisional

Workshop Minyak Cengkeh Hiri. Foto: Dok Pribadi

Tradisi penyulingan minyak cengkih kembali diperkuat melalui Workshop dan Diskusi “Minyak Cengkih: Pemajuan Kebudayaan Berbasis Pengetahuan dan Teknologi Tradisional Pulau Hiri” yang digelar, Minggu, 23 November 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahap II oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXI Maluku Utara.

Perwakilan Kepala BPK Wilayah XXI, Faoudziah, membuka kegiatan dengan menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan lewat BPK Wilayah XXI untuk terus mendukung pelindungan dan pengembangan pengetahuan tradisional di Maluku Utara.

Ia menilai penyulingan minyak cengkih yang dijalankan masyarakat, khususnya Kelompok Tani Hutan (KTH) Buku Manyeku Pulau Hiri, merupakan warisan pengetahuan yang langka sekaligus penting untuk dipertahankan.

“Kami berkomitmen memastikan praktik seperti ini tetap hidup, tetap dipelajari, dan terus dikembangkan. BPK Wilayah XXI membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapa pun yang ingin berkontribusi pada pemajuan kebudayaan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Junaidi Dahlan,” ujarnya.

Para pamateri dan peserta workshop Minyak Cengkeh Hiri. Foto: Dok Pribadi

Faoudziah juga mengapresiasi langkah Junaidi Dahlan selaku penginisiasi workshop yang dianggap menjadi contoh baik inisiatif lokal dalam menguatkan praktik penyulingan tradisional.

Menurutnya, inisiatif dari masyarakat sendiri merupakan fondasi penting dalam pemajuan kebudayaan karena tumbuh dari pengalaman, kebutuhan, dan dinamika komunitas.

Workshop menghadirkan tiga narasumber. Budayawan dan akademisi kebijakan publik Sahroni A. Hirto mengulas posisi minyak cengkih dalam kebijakan pemajuan kebudayaan. Sejarawan Rasno A. Waiola memaparkan jejak sejarah rempah serta peran Pulau Hiri dalam jaringan perdagangan Maluku. Sementara pemerhati sosial Wawan Ilyas menjelaskan penyulingan minyak cengkih sebagai praktik sosial yang membentuk identitas, kebersamaan, dan solidaritas masyarakat.

Peserta melihat langsung proses penyulingan minyak cengkeh Hiri. Foto: Dok Pribadi

Suasana diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Peserta terdiri dari para penyuling minyak cengkih, tokoh agama, tokoh budaya, pemuda, serta siswa SMP dan SMA se-Pulau Hiri. Kegiatan juga menampilkan demonstrasi penyulingan tradisional, yang bagi banyak peserta muda menjadi kesempatan pertama melihat langsung proses produksi minyak cengkih. Momen ini memberikan pemahaman baru tentang akar budaya sekaligus tahapan teknis penyulingan yang diwariskan turun-temurun.

Melalui kegiatan ini, penyelenggara dan peserta menegaskan bahwa minyak cengkih bukan sekadar komoditas ekonomi, tetapi juga warisan pengetahuan yang menyimpan nilai sejarah dan budaya. Penyulingan minyak cengkih dipandang sebagai bagian penting dari identitas masyarakat Hiri serta memiliki peran strategis dalam masa depan kebudayaan Ternate.

Penulis: Qal
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga