Ekonomi
Ekonomi Maluku Utara 39,10 Persen, Sherly: Saatnya Melangkah dari Angka ke Rasa
Provinsi Maluku Utara kembali mencatatkan prestasi ekonomi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Rabu 5 November 2025, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada Triwulan III Tahun 2025 mencapai 39,10 persen (year on year), tertinggi di Indonesia.
Namun bagi Gubernur Sherly Tjoanda, capaian itu bukan garis akhir. Di balik angka yang mencengangkan, ia melihat pekerjaan rumah yang lebih besar: bagaimana memastikan pertumbuhan tinggi tidak berhenti di kawasan industri tambang, tetapi mengalir sampai ke sawah, ke pasar, dan ke rumah-rumah warga.
“Kita bersyukur dengan capaian tertinggi ini, tetapi kita harus memastikan hasilnya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Pertumbuhan dari tambang harus menjalar ke sawah, ke koperasi, dan ke dapur rakyat,” ujar Gubernur Sherly di Sofifi.
Pertumbuhan ekonomi Malut yang fantastis itu ditopang oleh hilirisasi industri tambang dan pengolahan mineral di berbagai kawasan industri strategis. Namun Sherly menilai, jika hanya bergantung pada sektor ekstraktif, maka pertumbuhan bisa menjadi rapuh dan tidak inklusif.
“Dari angka ke rasa” menjadi arah baru pembangunan ekonomi Maluku Utara. Pemerintah provinsi kini mulai menggeser orientasi pembangunan dari sekadar mengejar grafik pertumbuhan menuju pemerataan manfaat dan kemandirian ekonomi daerah.
Langkah-langkah strategis pun telah disiapkan:
- Swasembada beras dan telur, untuk memperkuat ketahanan pangan dan menekan ketergantungan pasokan dari luar daerah;
- Pengembangan Koperasi Merah Putih, sebagai wadah ekonomi rakyat yang berorientasi pada pemerataan hasil produksi, perdagangan, dan penyediaan barang-jasa lokal;
- Program upskilling, reskilling, dan skilling tenaga kerja lokal, agar kompetensi masyarakat sejalan dengan kebutuhan industri;
- Penguatan sektor jasa dan UMKM, agar perputaran ekonomi terjadi juga di luar sektor tambang;
- Optimalisasi belanja daerah produktif, guna menciptakan efek ganda ekonomi di seluruh wilayah.
“Koperasi Merah Putih kita dorong jadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Dari koperasi ini, kita harapkan muncul rantai pasok baru untuk pangan, logistik, hingga barang konsumsi yang benar-benar dikelola masyarakat Maluku Utara,” tambah Sherly.
Selain itu, kinerja fiskal daerah juga menunjukkan performa kuat. Hingga 31 Oktober 2025, realisasi pendapatan APBD Maluku Utara mencapai 87,40 persen, tertinggi secara nasional dan masuk dalam zona hijau. Sedangkan realisasi belanja daerah sebesar 61,61 persen, menempatkan Malut pada urutan ke-17 dari 19 provinsi dengan kinerja belanja produktif di zona sehat.
Kekuatan fiskal ini menjadi modal penting bagi Sherly Tjoanda untuk mendorong transformasi ekonomi Malut dari ketergantungan tambang menuju kemandirian sektor rakyat.
“Pertumbuhan yang besar hanya berarti jika membawa manfaat luas. Kita ingin perputaran ekonomi terjadi di dalam Maluku Utara, bukan hanya di kawasan industri,” tegasnya.
Bagi Gubernur perempuan pertama Maluku Utara itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus diikuti dengan distribusi rasa adil: ketika hasil tambang memberi napas bagi koperasi, UMKM, dan petani di seluruh kabupaten dan kota.
Dari angka ke rasa, itulah arah baru ekonomi Maluku Utara—menjadikan pertumbuhan bukan sekadar angka statistik, melainkan denyut kesejahteraan yang benar-benar terasa di kehidupan rakyat.









Komentar