Banjir
Morotai, Bali Baru Indonesia yang Mulai Langganan Banjir
Daruba, Hpost – Jalur dari dan ke Desa Dehegila, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, terputus akibat banjir.
Jalur tersebut adalah satu-satunya akses menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pulau Morotai, yang berlokasi di Jalan Nakamura, Desa Dehegila, Morotai Selatan.
Bahkan, Desa Muhajirin yang terletak di kecamatan tersebut menjadi langganan banjir. Hal ini diakui oleh Indra Lesang, warga Desa Muhajirin.
Ia menilai, Pemerintah Desa Muhajirin telah mati. Padahal, mesin pompa air tersedia. Tapi upah untuk operasional masinis justru dihentikan.
“Operator buka tangan, warga tenggelam. Untuk bupati yang terhormat, saya minta segera ganti Pelaksana tugas Kepala Desa Muhajirin, atau silakan Pak Bupati turun ke Desa Muhajirin dan melihat langsung kondisi kami,” ungkap Indra.
Sekedar informasi, hujan deras yang menguyur sejak Senin 17 Mei 2021 sekira pukul 00.30 WIT hingga Selasa 18 Mei 2021 pukul 10.00 WIT, juga mengakibatkan puluhan rumah di beberapa desa terendam.
Informasi yang dihimpun halmaherapost.com, puluhan rumah di Desa Losuo, Kecamatan Morotai Utara, dan Desa Sangowo Barat, Morotai Timur, diterjang banjir setinggi lutut orang dewasa.
Baidi Besi, warga Desa Lusuo mengatakan, banjir ini akibat luapan sungai. Padahal sudah dibuat talud di bantaran sungai.
“Sampai saat ini belum ada perhatian dari Pemda. Padahal banjir ini sudah terjadi berulang kali,” kata Baidi kepada halmaherapost.com, Selasa 18 Mei 2021.
Selain rumah, kata dia, terdapat beberapa bangunan yang terendam banjir. Seperti Tempat Pendidikan Alquran, dan sebuah sekolah milik Yayasan Muhammadiyah.
Terpisah, Sarman Sibua, warga Desa Sangowo Barat mengatakan, puluhan rumah dan tempat pemakaman umum juga terendam banjir. “Peristiwa seperti ini sudah berulang kali,” ungkapnya.
Baca juga:
Padahal, kata dia, pihak desa sudah menyampaikan perihal ini ke pemda. “Tapi sampai sekarang belum ada respon. Kami harap pemerintah lewat BPBD bisa mengambil langkah,” harapnya.
Sayangnya, hingga berita ini ditayangkan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pulau Morotai belum berhasil dikonfirmasi.
Realita ini seakan memudarkan status Morotai, sebagai salah satu daerah yang masuk dalam daftar ‘10 Bali Baru Indonesia’ versi Kementerian Pariwisata.
=========
Berikut rentetan peristiwa banjir di Kabupaten Pulau Morotai yang dirangkum pada akhir 2020 hingga 2021:
Jembatan Ambruk
Proyek jembatan yang menghubungan Desa Titigoli dan Hapo, Kecamatan Morotai Jaya, dihantam banjir. Akibatnya, jembatan yang belum tuntas 100 persen itu, ambruk.
Informasi yang dihimpun, proyek milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu baru dibangun 2 bulan. Progres proyek tersebut baru berkisar 40 persen.
Namun hujan deras yang melanda Morotai Jaya pada Jumat 9 Oktober 2020 siang membuat air sungai meluap. Hantaman arus sungai pun bikin jembatan miring.
Banjir dan Longsor di 6 Desa
Banjir hingga tanah longsor menimpa warga di 6 desa, Kecamatan Morotai Jaya, Kabupaten Pulau Morotai, Sabtu 30 Januari 2021. Di sebagian titik, tinggi genangan air mencapai 1,5 meter.
Di Desa Sopi Majiko misalnya, sebuah sungai yang sudah dinormalisasi, jebol. Tanggulnya patah. Akibatnya, air meluap masuk ke rumah warga RT 08-07 dan sekitarnya. Hal itu juga terjadi di Desa Titigogoli, Bere-bere Kecil, Hapo, dan Podimor Padange.
Menurut Camat Morotai Jaya, Fahrudin Banyo, banjir tersebut bahkan lebih besar dari banjir pada 23 Januari 2021.
Rumah, Akses Jalan hingga Kuburan Kebanjiran
Peristiwa tersebut pun kembali terulang. Kali ini menimpa warga Desa Dehegila dan Desa Muhajirin, Kecamatan Morotai Selatan, serta Desa Losuo, Morotai Utara, dan Desa Sangowo Barat, Morotai Timur.
Selain rumah warga, jalur dari dan ke Desa Dehegila, terputus akibat banjir. Jalur tersebut adalah satu-satunya akses menuju RSUD Kabupaten Pulau Morotai. Bahkan, tempat pemakaman umum di Desa Sangowo Barat, juga terendam banjir.
Alih-alih mengambil langkah dan upaya penanganan, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Pulau Morotai, Abubakar A. Rajak, saat dikonfirmasi halmaherapost.com di awal 2021, mengaku tidak ada anggaran untuk normalisasi sungai.
Komentar