Perkara

Guru Ungkap Dugaan Penyalahgunaan Dana BOS di Salah Satu SMP di Ternate

Ilustrasi Istimewa

Ternate, Halmaherapost - Seorang tenaga guru di SMP Islam 1 Kota Ternate, Maluku Utara, bernama Ulya Sanusi Taslim, mengungkap dugaan penyalahgunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

Guru yang kini dimutasi ke SMP 15 Kota Ternate di Kecamatan Moti itu, kepada Halmaherapost.com, mengatakan bahwa ada sejumlah pengadaan sekolah yang tidak sesuai dengan bukti laporan dana BOS.

Dengan dasar itu, Ulya menilai bahwa ada penyelewengan dana BOS yang dilakukan pihak sekolah.

"Kalau kita lihat alokasi dana bos 20 persen untuk perpustakaan yang ada di SMP Islam 1 itu tidak sinkron. Karena dananya besar tapi tidak sesuai dengan jumlah buku yang dibelanjakan," ungkap Ulya, Selasa 1 Februari 2022.

NEWS: Antar Tetangga Pakai Longboat, Warga Halmahera Selatan Dilaporkan Hilang

Menurut dia, laporan penggunaan dana BOS yang dialokasikan sejak 2018 itu perlu dipertanyakan, Ulya bahkan menyebutkan laporan dana BOS itu fiktif.

Ia bilang, yang diketahuinya, dana untuk perpustakaan sebesar Rp 200 juta yang dipotong dari dana BOS yang tiap tahunnya mencapai Rp. 1 miliar.

"Karena sangat disayangkan, untuk kepentingan, anak-anak yang harus jadi korban, waktu proses belajar saja buku satu tapi diberikan untuk tiga orang," ujarnya.

Ulya menuturkan, terkait hal itu, proses belajar kemudian tidak efektif padahal anggaran untuk pengadaan buku di perpustakaan setiap tahun itu ada.

Baca:

DPRD Desak Pemda Investigasi Limbah B3 Milik PT IWIP yang Jebol

Perayaan Imlek Berlangsung Khidmat, Ini Harapan Umat Khonghucu di Ternate

Resmi Dilantik Rektor, Ini Wajah Baru Pejabat Civitas Akademika Unkhair

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP 1 Kota Ternate, Wahda S. Umsoohy, dikonfirmasi di ruang kerjanya, mengatakan dana bantuan operasional sekolah yang diterima pihaknya mencapai Rp. 1 miliar per tahun.

Sementara mengenai protes penggunaan dana yang tidak sesuai, Wahda menegaskan hal itu tidak dibenarkan, pasalnya setiap tahun pihaknya juga sedang menjalani pemeriksaan.

"(Dugaan) itu tidak benar. Tidak ada. Karena kami juga setiap tahun itu diperiksa. Jadi itu terkait dana bos soal pengadaan buku," pungkasnya.

Wahda menuturkan, jika hal itu benar-benar terjadi, maka sekolah yang dipimpinnya ini mungkin proses belajarnya tidak dapat berjalan.

Penulis: RHH
Editor: Redaksi

Baca Juga