Opini dan Esai
Piala Dunia dan Piara Dunia

Pemanasan global niscaya berdampak pada terkikisnya kesediaan pangan dikarenakan matarantai organisme alam akan terganggu dan hal tersebut dapat memicu krisis hingga kelaparan menyeruak di mana-mana.
Ketersediaan pangan terbatas, kebutuhan melonjak tinggi. Menurut teori survival, instink manusia akan saling bunuh untuk mempertahankan hidup.
Dunia modern punya wajah kelam di bawah tangan besi Hitler yang dungu ketika pemimpin NAZI itu mengagungkan ras Arya di atas ras lain dengan klaim absurd bahwa ras Arya merupakan ras pilihan dengan genetika unggul dan Hitler menempatkan mereka di atas singgasana superioritas. Dengan argumen konyol itu, ia lalu membunuh ras lain yang dinilai inferior. Tanpa ragu.
Tak perlu jauh mengarahkan lensa observasi ke Eropa. Di Indonesia, beberapa tahun lalu, kasus rasisme dan diskriminasi berkali-kali menghantam orang Papua dengan umpatan stigmatik "monyet". Kita tahu, penamaan itu mengasosiasikan sesuatu yang terbelakang, bodoh, dekil, setengah binatang, seakan mereka kombinasi aneh simpanse dan human. Ironisnya, penghinaan tersebut berlangsung massif dan penuh percaya diri justru datang dari penduduk perkotaan yang berpendidikan sarjana. Suatu kebodohan par excellence, kaum urban dengan perspektif abad jahiliyah.
Piala Dunia memang penuh ambivalensi, memiliki dua wajah yang saling bertolak punggung, dan dunia bukan surga yang serba suci. Bacalah reportase jurnalis dunia. Dibalik megahnya stadium, arsitektur menjulang tinggi, pertunjukkan seremonial yang memukau, kaum kapitalis mendulang profit dari keringat dan darah kelas buruh yang dieksploitasi. Atas nama keindahan tatakota dan pariwisata, warga miskin digusur tanpa bisa membela diri.
Piala Dunia adalah pasar perjudian terbesar dan menjanjikan. Di ajang bergengsi ini, uang berpindah tangan secepat kilat melintasi regional, negara, bahkan benua. Para taipan kelas kakap hingga pejudi kelas teri tingkat kelurahan, tak mau ketinggalan ambil andil menguji keberuntungan dalam dunia spekulasi.
Komentar