Opini dan Esai

Piala Dunia dan Piara Dunia

Di luar stadium, keseruan tak kalah bergelombang. Antusiasme membuncah begitu semarak. Di alun-alun kota, di kafe, di ruang publik, di depan televisi penonton rapat-padat bagai kaleng sarden menyaksikan jagoan mereka berlaga. Perasaan emosi meledak-ledak bersamaan dengan mengudaranya verba serba keras: ekspresi amarah dan kegembiraan, dukungan dan ejekan. Kata-kata meluncur bagaikan oxymoron yang beradu.

Manakala tim favorit kalah, para fans barangkali akan menepi dari keramaian, meraung seperti beruang kutub yang terluka. Parau dan getir, tanpa kata-kata.

World Cup adalah dunia yang kita hidupi, adalah diri kita sesungguhnya. Maka, benar saja ungkapan Jacques Derrida dua dekade silam, seorang filsuf postmodernisme asal Prancis: "Barang siapa tak mengikuti World Cup, ia adalah orang buta. Tak mengenal dunia yang berputar".


Tulisan ini pernah tayang di Harian Malut Post edisi Senin 05 Desember 2022

Selanjutnya 1 2 3 4
Penulis:

Baca Juga