Kebudayaan

Upaya Sanggar Ino Madoto Melestarikan Tarian Soya-Soya dan Warisan Budaya Kayoa

Anwar Harun, saat memberikam materi dan pemutaran video asli Soya - soya dari Kayoa || Foto: Fadli/Halmaherapost

Mantan Kapita soya-soya Kayoa itu menjelaskan bahwa teknik gerakan perang dalam tarian soya-soya berbeda dari Kayoa, dan 12 motif gerakan tersebut kini telah hilang dan digantikan dengan gerakan kontemporer.

"Ketika saya melihat orang menari soya-soya di sini, itu berbeda dengan kami di Kayoa. Padahal, gerakan dalam tarian soya-soya seharusnya mencakup 12 gerakan atau bunga dan dijalankan oleh 13 orang penari. Seringkali, hanya ada 7 gerakan yang dipertunjukkan, dan gerakan dalam tarian soya-soya saat ini sudah mencampur unsur kontemporer, sehingga gerakan aslinya hilang," tegasnya.

Dr. Sharyl Muhammad M. Hum, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), dalam wawancaranya dengan Halmaherapost.com, mengatakan bahwa workshop ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak BPK karena terkait dengan Undang-Undang pemajuan Kebudayaan No. 5 tahun 2017.

"Workshop ini didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan sesuai dengan amanat UU No 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi budaya di setiap daerah," katanya.

"Melalui Workshop ini, kita berharap semangat ini akan terus hidup, dan semoga sanggar kebudayaan ini dapat meneruskan nilai-nilai budaya serta mempertahankan jati diri kita di masa yang akan datang," pungkasnya.

Selanjutnya 1 2
Penulis: Fadli Usman
Editor: Firjal Usdek

Baca Juga