Opini
Jalan Instan Menuju Parlemen

Sebagaimana nilai etik kebudayaan kita mengingatkan "dodoto se biasa poha biasa ua". Jangan sampai jalan politik instan terus mewarisi ke setiap generasi bahwa menjadi wakil rakyat syaratnya cuma satu: yang penting punya duit. Maka memungkinkan kita kembali untuk memikirkan sebuah nilai baru yang berbunyi: "dodoto politik se pipi, poha pipi ua"
Lantas bagaimana dengan mereka yang tak punya modal? Pertarungan dalam memperoleh tujuh kursi di dapil Ternate Utara tidak saja sebagai pertarungan untuk mencari perwakilan yang terbaik untuk masuk ke parlemen, namun juga sebagai pertarungan antara siapa yang ditopang dengan latar belakang ekonomi yang mumpuni. Jika kebiasaan ini yang selalu digunakan saat menjelang pemilihan, maka redaksi bagi setiap warga negara berhak menjadi wakil rakyat sepertinya hanya berlaku kepada mereka yang berduit.
Padahal, parleman merupakan tempat perwujudan kebijaksanaan, di mana setiap orang diberikan kepercayaan sejalan dengan kapasitas pengetahuan yang dimiliki, paling tidak punya gagasan dan kemampuan berargumen agar dapat menyalurkan aspirasi dalam mempengaruhi suatu kebijakan. Bagaimana jika orang yang telah kita percayakan justru memilih pasif ketika kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah terksesan tidak berpihak kepada masyarakat.? Pada akhirnya kita jadi ingat istilah yang kemarin sempat viral, yang benar aja, rugi dong!
Komentar